@thesis{thesis, author={Silvia Kurnia Sari }, title ={Optimalisasi Produksi Biosurfaktan Yang Dihasilkan Oleh Achromobacter Xylosoxidans Bp(1)5}, year={2021}, url={https://repository.unair.ac.id/110430/}, abstract={Biosurfaktan merupakan molekul amfipatik yang diproduksi oleh mikroba dan dimanfaatkan secara luas di berbagai bidang. Biosurfaktan yang dihasilkan mikroba lebih diminati karena mampu menghasilkan biomasa melimpah dalam waktu yang relatif cepat dan lebih ramah lingkungan dibandingkan surfaktan. Sehingga, permintaan akan biosurfaktan terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini difokuskan pada optimalisasi produksi biosurfaktan dari isolat lokal Achromobacter xylosoxidans BP(1)5 menggunakan pendekatan satu faktor-padawaktu (OFAT). Biosurfaktan diproduksi pada media air mineral sintesis (AMS) pada suhu ruang dengan kecepatan agitasi 120 rpm. Faktor lingkungan yang diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi biosurfaktan Achromobacter xylosoxidans BP(1)5 yaitu waktu inkubasi (0, 1, 2, 3, 4, dan 5 hari) sedangkan faktor media yang diamati yaitu jenis karbon (larut air dan tidak larut air), nitrogen (organik dan anorganik) dan rasio C/N (30/1, 10/1, 6/1, 4,3/1, 3,3/1, dan 3/1). Pertumbuhan dan produksi biosurfaktan Achromobacter xylosoxidans BP(1)5 dievaluasi dari kekeruhan kultur (OD600nm), biomassa kering (g/L), penurunan tegangan permukaan (mN/m), dan aktivitas emulsifkasi (%) supernatan kultur serta ekstrak kasar biosurfaktan (g/L). Kondisi optimum untuk pertumbuhan dan produksi biosurfaktan didapatkan pada inkubasi 3 hari menggunakan glukosa dan yeast extract sebagai sumber karbon dan sumber nitrogen pada rasio C/N 6/1 menghasilkan biomasa kering sebesar 2,31 ± 0,41 (g/L) dengan nilai penurunan tegangan permukaan, aktivitas emulsifikasi supernatan kultur dan ekstrak kasar biosurfaktan masing-masing sebesar 20,81 ± 1,63 (mN/m), 51,43 ± 4,97 (%), dan 23,10 ± 0,00 (g/L). Informasi ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam produksi biosurfaktan (scale up) isolat Achromobacter xylosoxidans BP(1)5 sehingga dapat mengoptimalkan produksi biosurfaktan dan efisiensi biaya.} }