@thesis{thesis, author={NURWIDYANSYAH Shinta Dwi}, title ={Perilaku Menjaga Personal Hygiene Organ Reproduksi Pada Wanita Pekerja Seks Langsung (Studi Kualitatif di Kabupaten Jember)}, year={2020}, url={}, abstract={Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) adalah wanita yang menjajakan maupun menawarkan tubuhnya untuk jasa layanan seks secara terang-terangan baik di jalanan, lokalisasi atau eks lokalisasi. Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) rentan terkena penyakit IMS, hal ini disebabkan oleh intensitas berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan yang cukup tinggi dalam satu hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Wanita yang terkena IMS dapat meningkatkan risiko terjadinya HIV di kalangan kelompok beresiko. Untuk mencegah IMS di kalangan WPS dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan organ reproduksi atau personal hygiene organ reproduksi. Sehingga perlu untuk diketahui cara WPS dalam menjaga kebersihan organ reproduksi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan kunci merupakan petugas lapang yayasan LSM Laskar. Informan utama penelitian merupakan wanita pekerja seks langsung yang berada di titik-titik lokalisasi di Kecamatan Ambulu, Jenggawah, Wuluhan, Puger dan Sumbersari berjumlah 12 orang. Informan tambahan berjumlah 2 orang antara lain mucikari dan petugas kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, observasi, triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Data yang terkumpul di sajikan dalam bentuk kalimat dan uraian kutipan langsung, lalu dianalisis menggunakan thematic content analysis. Hasil penelitian menunjukkan seluruh informan memiliki sikap yang baik terhadap risiko dari pekerjaannya menjadi wanita pekerja seks langsung. Hasil pada orang penting sebagai referensi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil informan yang mendapatkan informasi dari teman terkait upaya untuk menjaga kebersihan organ reproduksi. Mayoritas informan rutin mengakses pemeriksaan HIV setiap 3 bulan sekali. Seluruh informan memiliki pendapatan lebih dari Rp.100.000 dalam satu hari, namun seluruh informan menyatakan tidak mengalokasikan dana untuk menjaga kebersihan organ reproduksi. Ketersediaan “safe sex” pada informan menunjukkan bahwa seluruh informan menyediakan kondom dan bahan pelicin untuk menunjang pekerjaannya. Praktik perawatan vagina secara tradisional pada seluruh informan menggunakan jamu,rebusan air sirih, praktik pijat pada perut bagian bawah. Sedangkan praktik perawatan secara non-tradisional pada seluruh informan adalah dengan mengkonsumsi antibiotic tanpa resep dokter. Sebagian besar menggunakan pasta gigi sabun mandi, sabun warna-warni dan sabun bayi sebagai bahan untuk douching (memasukkan bahan pembersih kedalam vagina). Mayoritas informan menyatakan tidak memaksakan pelanggan untuk menggunakan kondom apabila pelanggan enggan menggunakan kondom. Perilaku dalam menjaga personal hygiene organ reproduksi pada seluruh informan dikategorikan rendah. Perilaku tersebut meliputi indikator menjaga kebersihan organ reproduksi antara lain menggunakan bahan celana dalam yang mudah menyerap keringat, mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari, membasuh organ kewanitaan dengan arah yang benar, mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali, intensitas menggunakan sabun kewanitaan dengan tepat, rutin merapikan rabut kemaluan dan menggunakan kondom saat berhubungan seks. Sedangkan indikator menjaga kebersihan organ reproduksi yang terpenuhi oleh seluruh informan hanya tidak melakukan hubungan seks anal dan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali dalam sehari. Adapun saran yang ditawarkan oleh peneliti adalah Bagi Wanita Pekerja Seks Langsung di Kabupaten Jember untuk memahami resiko dan dampak melakukan hubungan seks dengan kelompok beresiko tanpa penggunaan kondom dengan cara aktif mencari informasi terkait personal hygiene organ reproduksi dengan baik dan benar melalui keberadaan pelayanan kesehatan terdekat.Bagi x Peneliti Kesehatan Masyarakat adalah melanjutkan peelitian terkait faktor pendorong menjadi pekerja seks dan pada pelanggan. Saran kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember adalah meningkatkan koordinasi dan integritas terkait pelaksanaan edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan WPSL dan mucikari terkait personal hygiene organ reproduksi pada wanita.} }