@thesis{thesis, author={PUSPITASARI Rany}, title ={Analisis Resepsi Khalayak terhadap Kesetaraan Gender dalam Film Mulan 2020}, year={2021}, url={http://repository.unsoed.ac.id/11832/}, abstract={Film Mulan merupakan film yang menggambarkan kesetaraan gender dimana seorang wanita muda China yang cantik, ia tinggal di desa terpencil yang dimana para warga desa tersebut memiliki budaya dimana tugas perempuan hanyalah menjaga kehormatan keluarganya melalui pernikahan, mempunyai tata krama yang sopan sebagai seorang perempuan dan tidak boleh sembrono dalam bertindak. Sedangkan perilaku Mulan bertolak belakang dengan semua itu, pada film ini Mulan berusaha memperjuangkan agar ia sebagai wanita mendapat hak yang sama dengan laki-laki serta diberi kebebasan dalam memilih jalan hidupnya. Khalayak yang telah menonton film Mulan memiliki pemaknaan serta penerimaan yang tentunya berbeda-beda setiap individu terhadap kesetaraan gender baik di kehidupan nyata maupun yang ada pada film Mulan itu sendiri. Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui pemaknaan serta penerimaan khalayak dengan melihat latar belakang sosio kultural yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan analisis resepsi oleh Stuart Hall dalam mengetahui resepsi khalayak mengenai kesetaraan gender dalam film Mulan. Khalayak dalam penelitian ini merupakan audiens aktif dalam menyampaikan pemaknaan pesan yang telah disampaikan oleh media dengan berdasar pada pengalaman pribadi mereka. Pemaknaan serta penerimaan tersebut kemudian telah dibagi menjadi tiga kemungkinan posisi yaitu Dominant Hegemonic Position, Negotiated Position, dan Oppositional Position. Peneliti mewawancarai informan melalui video call, informan yang dipilih melalui teknik purposive sampling yang kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya khalayak membenarkan serta menerima kesetaraan gender pada kehidupan nyata maupun pada film Mulan. Akan tetapi, khalayak menempatkan diri mereka pada posisi yang berbeda dalam memaknai kesetaraan gender itu sendiri.} }