@thesis{thesis, author={MINARNI Endang Warih}, title ={Potensi Metabolit Sekunder Jamur Entomopatogen untuk Mengendalikan Hama Wereng Batang Coklat Pada Padi}, year={2021}, url={http://repository.unsoed.ac.id/9791/}, abstract={Hama wereng batang coklat (WBC) (Nilaparvata lugens Stal.) adalah hama penting tanaman padi. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini berkisar antara 10- 90%, tergantung pada kerusakan yang ditimbulkannya. Penanaman varietas tahan padi secara terus menerus, pemupukan urea yang berlebihan dan penggunaan insektisida yang tidak bijaksana mengakibatkan terjadinya ketahanan, resurjensi, munculnya biotipe WBC yang baru dan terbunuhnya musuh alami. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya ledakan WBC. Penelitian penggunaan metabolit sekunder jamur entomopatogen ini didasari oleh kegagalan penggunaan jamur entomopatogen di lapang dalam mengendalikan WBC. Penggunaan metabolit sekunder jamur entomopatogen merupakan inovasi baru dalam pengendalian WBC, dan belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian dilaksanakan dalam lima tahap. Penelitian Tahap pertama eksplorasi jamur entomopatogen, bertujuan untuk menemukan jamur entomopatogen yang efektif membunuh WBC. Penelitian tahap kedua, bertujuan untuk menguji kemampuan metabolit sekunder jamur entomopatogen yang ditemukan pada Tahap I dalam mengendalikan WBC dalam skala laboratorium. Penelitian tahap ketiga, bertujuan untuk menguji teknik aplikasi metabolit sekunder yang efektif untuk mengendalikan WBC dalam skala Laboratorium. Penelitian tahap keempat, bertujuan untuk menguji kemampuan metabolit sekunder jamur entomopatogen yang ditemukan pada tahap kedua dalam mengendalikan WBC di lapang. Penelitian Tahap kelima bertujuan untuk mengetahui spesies jamur entomopatogen terpilih secara molekul dan analisis kandungan metabolit sekundernya. Adapun tujuan penelitian secara umum adalah untuk mendapatkan insektisida organik berbasis metabolit sekunder jamur entomopatogen yang efektif untuk mengendalikan WBC dan ramah lingkungan. Pada penelitian tahap pertama, ditemukan 8 isolat efektif mengendalikan WBC dalam skala rumah plastik. Isolat tersebut adalah J11 (Aspergillus sp.), J22 (Lecanicillium saksenae), J34 (Myrothecium sp.), J35 (Beauveria sp.), J41 (Fusarium sp.), J56 (Fusarium sp.), J60 (Simplicillium sp.), and J65 (Curvularia sp.). Jamur tersebut dapat menimbukan mortalitas pada WBC sebesar 70?80% dalam waktu 3,43-4,87 hari. Penelitian tahap kedua menemukan 3 isolat jamur entomopatogen yang metabolit sekundernya berpotensi sebagai insektisida organik. Ketiga jamur tersebut tersebut adalah L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh ketiga jamur tersebut pada konsentrasi 5% dapat menyebabkan mortalitas WBC masing-masing sebesar 80,0; 83,33 dan 86,67% dalam waktu masing-masing 4,74; 5,47 dan 5,32 hari. Pada konsentrasi 10%, dapat menimbulkan mortalitas masing-masing sebesar 90,0; 90,0 dan 90,67% dalam waktu masing-masing 4,67; 4,43 dan 5,33 hari, sedangkan pada konsentrasi 15%, dapat menimbulkan mortalitas masing-masing sebesar 86,67; 90,0 dan 100% dalam waktu masing-masing 3,22, 4,01 dan 4,54 hari. Penelitian tahap ketiga menguji konsentrasi metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. dan teknik 119 aplikasinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa metabolit sekunder jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. dengan konsentrasi 10 dan 15% secara kontak pada tubuh WBC dapat membunuh 80?100% WBC dalam waktu 4?7 hari setelah perlakuan (hsp). Konsentrasi terendah yang efektif untuk membunuh WBC adalah 5% pada perlakuan metabolit sekunder L. saksenae dengan cara aplikasi semprot pada tubuh WBC yaitu sebesar 80% dalam waktu 6 hsp. Waktu mortalitas WBC tercepat terjadi pada perlakuan metabolit sekunder L. saksenae dengan konsentrasi 15% yaitu 4 hsp sebesar 87,7%. Mortalitas WBC tertinggi pada aplikasi kontak pada tanaman terjadi pada perlakuan aplikasi metabolit sekunder L. saksenae pada konsentrasi 15%. Penelitian tahap keempat adalah pengujian lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada musim hujan metabolit sekunder jamur entomopatogen isolat L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. belum efektif untuk mengendalikan populasi WBC dengan nilai efikasi kurang dari 70%, sedangkan pada musim kemarau sudah efektif dengan nilai efikasi sebesar 70,31-86,67%. Selain itu, metabolit sekunder jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. tidak menurunkan populasi dan jenis predator yang ada di lahan percobaan baik pada musim hujan maupun kemarau. Penelitian tahap kelima adalah identifikasi molekuler jamur entomopatogen terpilih dan analisis kandungan metabolitnya. Hasil identifikasi molekuler dengan PCR diketahui bahwa tiga isolat jamur yang terpilih teridentifikasi sebagai L. saksenae (isolate J22), Myrothecium sp. (isolat J34), dan Simplicillium sp. (isolat J60). Jamur Myrothecium sp. menghasilkan empat metabolit sekunder yang bersifat insektisidal yaitu (2,4,4,4,16,16-D6)-3.alpha.,17.beta.-dihydroxy-5.beta.- androstane); 2-(4-bromobenzylidene) cyclohexanone; (+)-nepetalactone; dan Alloaromadendrenoxid-(1). Jamur Simplicillium sp. menghas} }