@thesis{thesis, author={Haki Helmi and PRADITYO A. BIMA and Yuono Agus Lestari}, title ={KAJIAN RISIKO JALUR PIPA GAS TRANSMISI PT PERTAMINA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SECTIONING FIX LENGTH APPROACH STUDI KASUS SIMPANG KM 32 - PRABUMULIH}, year={2014}, url={http://repository.unsri.ac.id/103579/}, abstract={Pipeline merupakan sarana transportasi diam yang berfungsi untuk mendistribusikan fluida baik dalam bentuk liquid maupun gas. Sementara itu, risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara kemungkinan terjadinya kegagalan (probability of failure) dan konsekuensi terjadinya kegagalan (consequence of failure). Pada penelitian ini dilakukan implementasi penilaian risiko dengan menggunakan model indeks atau scoring seperti yang dikembangkan oleh W. Kent Muhlbauer. Metode scoring didasarkan pada indeks kerusakan akibat pihak ketiga, indeks korosi, indeks desain, indeks kesalahan operasi dan faktor dampak kebocoran. Selanjutnya dilakukan pemetaan risiko menggunakan matriks 4x4 yang diklasifikasikan kedalam tiga kategori risiko yaitu : low, medium dan high. Implementasi ini dilakukan terhadap pipeline gas jalur Indralaya-Prabumulih sepanjang 17 km yang dibagi kedalam 17 section berdasarkan kondisi lingkungannya dengan panjang masing-masing 1000 m. Dari hasil penilaian risiko pada pipeline gas jalur Indralaya-Prabumulih didapatkan skor akhir indeks untuk masing-masing pada section 1 sampai section 17 memiliki skor total berturut-turut 207,65; 218,65; 210,65; 231,65; 222,65; 222,65; 222,65; 221,65; 221,65; 207,65; 214,65; 214,65; 218,65; 205,65; 211,65; 222,65; 207,65 poin. Sedangkan skor akhir dampak kebocoran berturut-turut adalah section 1 sampai 17 bernilai 3,5; 3,5; 3,5; 1,16; 1,16; 1,16; 1,16; 1,16; 1,16; 3,5; 2,33; 2,33; 1,16; 2,33; 2,33; 1,16 poin. Berdasarkan pemetaan risiko (skor indeks-dampak kebocoran) pada matriks 4x4 diperoleh hasil untuk seluruh section termasuk dalam kategori medium risk, hanya saja pada nilainya telah mendekati high risk. Dalam hal tersebut maka perlu dilakukan mitigasi atau usaha pencegahan pada section yang memiliki nilai skor kecil (risiko tinggi) agar risiko bisa ditekan menjadi lebih rendah (low risk). Usaha pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memperpendek interval inspeksi.} }