@thesis{thesis, author={VIDARYONO }, title ={PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS III SDN KETOMPEN KABUPATEN PROBOLINGGO}, year={2019}, url={http://repository.upm.ac.id/1532/}, abstract={Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Ketompen Kabupaten Probolinggo selalu menggunakan kegiatan tanya jawab tentang pendalaman materi. Pelaksanaan pembelajaran masih kurang Kekurangan dalam pembelajaran keterampilan bercerita tersebut dapat dikatakan kurang. hasil keterampilan berbahasa siswa dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap dan penguasaan tema masih kurang. media boneka tangan merupakan media yang menarik bagi anak. Selain itu boneka tangan ini juga digunakan langsung oleh anak. Boneka tangan ini dapat digunakan sebagai media untuk bercerita. Diharapkan dengan menggunakan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan bercerita di SDN Ketompen Kabupaten Probolinggo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Ketompen kabupaten Probolinggo karena memiliki permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan. Intrumen penelitian yang kumpulkan adalah data keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, apapun hasil siklus dua, penelitian akan dihentikan karena pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya. Pembelajaran keterampilan bercerita pada siswa kelas III SDN Ketompen kabupaten Probolinggo meningkat dengan menggunakan media boneka tangan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya keterampilan bercerita dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan proses dan nilai rata-rata yang dicapai siswa. Peningkatan hasil belajar terjadi pada penelitian ini. Pada tahap prasiklus hasil belajar yang diperoleh adalah 69,28 dalam kategori cukup terampil dengan persentase ketuntasan siswa 36% serta meningkat menjadi 74.25 dalam kategori terampil dengan persentase ketuntasan siswa 42,4% pada siklus I dan 79,32 dalam kategori terampil pada siklus II dengan persentase ketuntasan 84,85%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kriteria kentuntasan yang ditetapkan telah terpenuhi dan tindakan dihentikan di siklus II.} }