DETAIL DOCUMENT
KONTRIBUSI PROTEIN PEMBAWA DAN ADJUVAN TERHADAP RESPON IMUN KAPSUL POLISAKARIDA Salmonella enterica serovar Typhi DALAM PEMBUATAN VAKSIN TIFOID KONJUGAT
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
TRITAMA NIM : 30714001, ERMAN (STUDENT ID : )
Subject
 
Datestamp
0000-00-00 00:00:00 
Abstract :
Penyakit tifoid merupakan penyakit sistemik yang diakibatkan Salmonella enterica serovar Typhi (S. enterica ser. Typhi) yang menjadi masalah kesehatan umum di negara berkembang. Vaksin tifoid konjugat merupakan vaksin ideal untuk melindungi dari penyakit tifoid, karena kemampuannya menghasilkan respon imun melalui T dependent. Penggunaan vaksin tifoid konjugat direkomendasikan oleh strategic advisory group of experts on immunization (SAGE) untuk diberikan pada bayi dan anak usia 6 bulan ke atas. Vaksin tifoid konjugat yang saat ini beredar menggunakan tetanus toksoid (TT) sebagai protein pembawa memiliki rendemen kecil, kelarutan kurang baik dan depolimerisasi selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vaksin tifoid konjugat berkualitas, aman, berkhasiat dan terjangkau dengan mempelajari peran protein pembawa dan adjuvan terhadap respon imun kapsul polisakarida S. enterica ser. Typhi. Karakterisasi terhadap S. enterica ser. Typhi strain C6524 dilakukan untuk melihat kemampuan produksi polisakarida Vi (Vi), dengan melakukan pengamatan gen pengkode Vi menggunakan polymerase chain reaction (PCR) dan kemampuan dalam mengaglutinasi antiserum Vi. Vi crude diperoleh melalui kultivasi S. enterica ser. Typhi strain C6524 pada fermentor 20 L dengan waktu 12 Ã?± 1 jam, agitasi 100 Ã?± 10 rpm dan 32 Ã?± 1 Ã?ºC, dilanjutkan dengan inaktivasi kultur menggunakan formalin 37% sebanyak 3,6 ml/L disertai pengocokkan pada 200 Ã?± 10 rpm selama 20 menit. Vi murni diperoleh dengan memurnikan Vi crude menggunakan kombinasi filtrasi dan fraksionasi etanol. Konjugat dibuat menggunakan metoda Robins/Kossazka antara Vi dengan protein toksoid difteri (DT), TT dan hepatitis b surface antigen (HB) yang telah diderivatisasi menggunakan adipic acid dihydrazide (ADH) menghasilkan konjugat Vi-DT, Vi-TT dan Vi-HB. Proses pembentukan konjugat diamati setiap jam menggunakan high performance liquid chromatography-size exclusion chromatography (HPLC-SEC). Rendemen diperoleh dengan membandingkan konsentrasi Vi sebelum dan setelah konjugasi yang diperoleh dengan mengukur konsentrasi Vi dengan high performance anion exchange chromatography-pulse amperometric detector (HPAEC-PAD). Rendemen proses konjugasi (%) untuk Vi-DT, Vi-TT dan Vi-HB adalah 55,84 Ã?± 2,4; 28,68 Ã?± 2,46 dan 4,44 Ã?± 0,98. Produk akhir dibuat dengan memformulasikan konjugat dengan adjuvan ii alumunium fosfat (AlPO4), adjuvan alumunium hidroksida (AlOH) dan dengan phosphate buffer saline (PBS) sebagai kontrol. Produk akhir kemudian disuntikkan pada mencit galur Balb/c usia kurang dari 6 minggu sebanyak 2 kali pemberian dengan interval waktu 2 minggu. Respon imun diamati dengan mengukur titer anti Vi IgG dengan metoda Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) setiap interval waktu 2 minggu setelah penyuntikan. Analisis diperluas dengan melakukan karakterisasi ekspresi sitokin sel T CD4 + menggunakan pewarnaan intraselular sitokin dan flow cytometri pada akhir pengamatan. Pada penyuntikan pertama titer anti Vi IgG yang dihasilkan produk akhir yang mengandung konjugat lebih dari 4 kali yang dihasilkan oleh produk akhir yang hanya mengandung Vi yaitu secara berurutan dari urutan tertinggi sampai terkecil adalah Vi-TT (AlPO4) (109,368x); Vi-DT (AlOH) (63,771x); Vi-TT (AlOH) (57,557x); Vi-DT (AlPO4) (53,002x); Vi-TT (PBS) (37,691x); Vi-DT (PBS) (31,864x); Vi-HB (AlPO4) (16,124x); Vi-HB (AlOH) (5,611x) dan Vi-HB (PBS) (5,124x). Pada penyuntikan kedua terlihat bahwa semua vaksin memberikan efek booster kecuali Vi-TT (PBS) yang tidak memberikan efek booster. Efek booster terbesar untuk vaksin dengan adjuvan dihasilkan oleh Vi-TT (AlOH) sedangkan untuk vaksin tanpa adjuvan dihasilkan oleh Vi-DT (PBS). Kelompok mencit yang disuntik Vi-TT (AlOH) dan Vi-DT (PBS) menghasilkan ekspresi sitokin interleukin (IL)-4 yang lebih besar dibandingkan kelompok lain yang berkorelasi positif dengan titer anti Vi IgG yang dihasilkan sampel tersebut. Penelitian ini berhasil memperlihatkan bahwa untuk menghasilkan vaksin tifoid konjugat yang berkualitas, berkhasiat dan terjangkau dipengaruhi langsung oleh protein pembawa. Protein pembawa yang tepat untuk menghasilkan tujuan tersebut adalah DT. Penggunaan adjuvan dapat membantu meningkatkan respon imun dan adjuvan terbaik yang dapat digunakan untuk vaksin tifoid konjugat adalah AlOH.  

Institution Info

Institut Teknologi Bandung