DETAIL DOCUMENT
ISOLASI DAN KARAKTERISASI METABOLIT SEKUNDER DARI KULTUR AKAR MORUS SHALUN (MORACEAE)
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
FITRIANI (NIM: 20515035), RIZKI (STUDENT ID : )
Subject
 
Datestamp
0000-00-00 00:00:00 
Abstract :
Tumbuhan sejak dahulu mempunyai peran penting dan telah memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Selain memenuhi ketiga kebutuhan pokok tersebut, tumbuhan juga telah lama digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional. Karena kegunaan tersebut, maka kajian fitokimia dan kajian bioaktivitas metabolit sekunder dari tumbuhan banyak dilakukan. Salah satu genus tumbuhan yang potensial untuk diteliti adalah genus Morus dari famili Moraceae karena kandungan senyawa bioaktifnya yang potensial untuk dijadikan sebagai bahan obat. Genus ini dilaporkan mengandung senyawa golongan fenolik, terutama flavonoid, stilbenoid, 2-arilbenzofuran, dan adduct Diels-Alder, maupun senyawa golongan non-fenolik, seperti terpenoid dan steroid. Beberapa metabolit sekunder tersebut menunjukkan bioaktivitas yang penting dan beragam, seperti antitumor, antioksidan, antimikrobial, antiinflamasi, dan antivirus. Sumber senyawa bioaktif selain berasal dari tumbuhan alami dapat pula diperoleh dari kultur jaringan tumbuhan. Teknik kultur jaringan merupakan metoda bioteknologi mutakhir dalam penelitian Kimia Bahan Alam untuk alternatif sumber senyawa bioaktif. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi metabolit sekunder kultur akar Morus shalun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi kandungan metabolit sekunder dari kultur akar Morus shalun untuk pertama kalinya. Bagian tunas dari Morus shalun diinokulasi pada media padat MS 0 (media Murashige-Skoog tanpa hormon). Setelah kultur Morus shalun tersebut tumbuh, bagian akar yang telah berusia 4 minggu kemudian dipindahkan ke dalam media cair. Kultur akar ditumbuhkan dalam media cair MS dengan penambahan hormon auksin, yaitu IBA (indole-3-butiric acid) sebanyak 1 ppm. Perbanyakan dilakukan melalui subkultur terhadap kultur akar yang berusia 4 atau 5 minggu. Pemanenan kultur akar M. shalun dilakukan ketika usia kultur akar mencapai 8 minggu dengan harapan produksi metabolit sekunder telah maksimal. Isolasi dilakukan terhadap kultur akar maupun media cair. Pada penelitian ini, media cair (+-7 L) diekstraksi dengan etil asetat (EtOAc). Fasa organik (EtOAc) yang diperoleh diuapkan dengan tekanan rendah (evaporasi) sehingga didapatkan ekstrak EtOAc kering (4,2 g). Serbuk kultur akar M. shalun sebanyak 144 g dimaserasi dengan metanol kemudian diuapkan pada tekanan rendah menghasilkan massa ekstrak kering sebanyak 22 g. Kedua ekstrak tersebut masing-masing difraksinasi dan dimurnikan dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi, seperti kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG), dan kromatografi radial (KR). Dari media cair (ekstrak etil asetat) berhasil diisolasi 6 senyawa murni, yaitu M4 (5 mg), M5 (11 mg), M6 (6 mg), M7 (9 mg), M8 (8 mg), dan Mx (3 mg). Lima senyawa telah berhasil dikarakterisasi, yaitu M4, M5, M6, M7, dan M8 yang tiga diantaranya merupakan senyawa adduct Diels-Alder baru, yaitu M5 (2), M7 (4), dan M8 (5). M6 merupakan senyawa golongan adduct Diels-Alder yang telah diketahui, yaitu mulberofuran K (3). Dari kultur akar M. shalun (ekstrak metanol) berhasil diisolasi 3 senyawa murni, yaitu A1 (7 mg), A2 (1,5 mg), dan A3 (3 mg). Senyawa A1 telah berhasil dikarakterisasi yang merupakan senyawa golongan 2arilbenzofuran yaitu morasin M (6) sedangkan senyawa A2 dan A3 tidak dikarakterisasi karena massa senyawanya tidak mencukupi. Struktur senyawa murni ditentukan berdasarkan data spektroskopi NMR (spektrum 1D-NMR dan 2D-NMR) dan spektroskopi massa. Senyawa baru M5 (2), M7 (4), dan M8 (5) mempunyai sitotoksisitas terhadap sel murine leukimia P-388 dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 0,7; 0,7; dan 2,0 μg/mL sedangkan sitotoksisitas senyawa M4 (1), mulberofuran K (3), dan morasin M (6) terhadap sel murine leukemia P388 pernah dilaporkan sebelumnya dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 1,8; 1,9; dan 2,6 μg/mL. Seluruh senyawa yang telah diisolasi dari media cair dan kultur akar M. shalun berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. 

Institution Info

Institut Teknologi Bandung