DETAIL DOCUMENT
OPTIMASI PEMBUATAN KIT BAGI ANALISIS FOSFAT DAN AMONIA DALAM PUPUK CAIR HIDROPONIK SECARA KOLORIMETRI
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
Rodiani, Teni (STUDENT ID : 20512050)
(LECTURER ID : 0028024902)
Subject
Kimia 
Datestamp
0000-00-00 00:00:00 
Abstract :
Kit analisis dengan metode kolorimetri secara visual merupakan salah satu perangkat analisis yang penggunaannya cukup mudah, cepat dan murah. Kolorimetri adalah suatu metode analisis kimia yang berdasarkan pada perbandingan intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya. Kit analisis yang beredar di pasaran merupakan pasokan dari luar negeri sehingga menjadi kendala untuk mendapatkannya dan biasanya volume setiap pereaksi tidak sama sehingga sering kali salah satu pereaksi habis terlebih dahulu, padahal untuk mendatangkan komponen kit analisis tersebut memerlukan waktu yang lama serta harga yang tidak murah. Untuk itu pada penelitian ini diharapkan dapat dibuat kit untuk analisis fosfat dan amonia yang sederhana dengan bahan mudah didapat, pereaksi yang stabil dan dapat habis dalam waktu yang relatif bersamaan. Formulasi pereaksi yang tepat dalam mendapatkan komposisi pereaksi sangat penting dalam upaya mendapatkan hasil pengamatan yang optimum dengan efisiensi yang tinggi, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan penentuan kondisi optimum metode analisis melalui kajian secara spektrofotometri, kemudian dibuat prosedur skala kit dan diaplikasikan bagi analisis pupuk cair hidroponik. Metode analisis fosfat yang digunakan adalah metode biru heteropoli dengan pereaksi amonium molibdat dan SnCl2 sebagai pereduksi, sedangkan analisis amonia menggunakan pereaksi Nessler dan kalium natrium tartrat. Pengukuran absorban untuk analisis fosfat dilakukan pada panjang gelombang 705 nm, amonia pada panjang gelombang 423 nm. Daerah linier konsentrasi pengukuran fosfat adalah 0,5 ? 3,0 ppm, amonia: 0,4 ? 1,6 ppm. Analisis fosfat dilakukan pada pH optimum 0,74 ? 1,09 sedangkan pH optimum pada analisis amonia adalah 12,86 ? 13,15. Pengukuran absorban senyawa kompleks biru heteropoly dilakukan setelah 10 menit dari penambahan pereaksi dan intensitas warnanya stabil selama 3,5 jam. Pada analisis amonia pengukuran absorban dilakukan setelah 30 menit dan intensitas warnanya stabil sampai 3 jam. Penambahan konsentrasi pereaksi molibdat menunjukkan absorban maksimum pada perbandingan mol PO43- 1,5 ppm / mol molibdat sebesar 0,0098 ? 0,0195 ; penambahan konsentrasi pereaksi stanno klorida (SnCl2) menunjukkan absorban yang maksimum pada perbandingan mol PO43- 1,5 ppm / mol SnCl2 sebesar 0,0238 ? 0,0285. Semakin besar konsentrasi pereaksi nessler meningkatkan nilai absorban, akibat dari pereaksi nessler yang sudah mempunyai warna kuning sehingga menambah intensitas warna dari senyawa kompleks yang terbentuk. Penambahan konsentrasi kalium natrium tartrat optimum pada perbandingan mol NH 1,0 ppm / mol kalium natrium tartrat sebesar : 0,0011 ? 0,0016. Keberadaan silikat pada contoh dapat mengganggu analisis fosfat pada konsentrasi silikat diatas 50 ppm, sedangkan pada analisis amonia konsentrasi besi (Fe) menurunkan nilai asorban pada konsentrasi diatas 2 ppm. Limit deteksi analisis fosfat sebesar 0,2654 ppm, Limit deteksi analisis amonia sebesar 0,3050 ppm. Pengulangan pengukuran konsentrasi fosfat menunjukkan repeatability dengan nilai RSD sebesar 3,77% sedangkan RSD analisis amonia sebesar 3,17%. Nilai perolehan kembali (recovery) analisis fosfat sebesar 103,98%, amonia sebesar 96,46%. Pengukuran konsentrasi fosfat dalam contoh dilakukan menggunakan spektrofotometer uv-vis diperoleh hasil sebesar 126,273 ppm, jika menggunakan kit analisis diperoleh hasil sebesar 125 ppm, pada pengukuran konsentrasi amonia menggunakan spektrofotometer uv-vis diperoleh hasil sebesar 99,205ppm sedangkan menggunakan kit analisis diperoleh hasil sebesar 98 ppm  

Institution Info

Institut Teknologi Bandung