Abstract :
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co, TBk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang makanan
& minuman yang selalu berupaya memenuhi kebutuhan konsumen dengan membuat produk yang
berkualitas baik dan harga yang kompetitif. Dalam kondisi saat ini, PT. Ultrajaya menghadapi situasi yang
sulit. Tidak tercapai target produksi dan tingginya absensi menyebabkan terkendala produksi ke tangan
konsumen. Menghadapi situasi ini, Manajemen PT. Ultrajaya memutuskan untuk melakukan sejumlah
langkah strategis. Salah satu langkah yang diambil adalah menerapkan Sistem Menejemen Kerja di
Departemen UHT sebagai model percontohan dan Unit Bisnis terbesar di PT. Ultrajaya
Biasanya, bila karyawan berhalangan hadir akan menyebabkan diberhentikannya beberapa mesin untuk
tidak berproduksi, Efek dari tidak sesuainya planning produksi dan hasil actual produksi akan berpengaruh
terhadapa inventory Finish Goods yang ada di warehouse, Distribusi dan pasar. Bila persediaan Finish
Good berkurang di pasar akan menyebabkan konsumen beralir ke produk kompetitor.
Sistem pengukuran kinerja traditisional atau konvensional menghasilkan informasi yang terlalu lambat,
terlalu global (kurang focus) dan terlalu terdistorsi bagi manager untuk melakukan proses perencanaan dan
pengambilan keputusan.Saat ini, pengukuran kinerja berbasis nonfinancial menjadi semakin penting karena
meningkatnya minat level manajemen yang lebih tinggi untuk menemukan jantung dari proses operasi
bisnis mereka (Stoop, 1996; Ferdow dan De Meyer, 1990; Kenny dan Dunk?s, 1989). Salah satu keuntungan
dari penggunaan kriteria nonfinancial adalah bahwa variable-variabel tersebut lebih mudah dimengerti oleh
siapapun yang mengunjungi lantai operasi, sehingga persoalan-persoalan dalam proses baik di perusahaan
manufaktur maupun jasa dapat dikenali sesegera mungkin.
Penyebab utama permasalahan adalah tidak terpenuhi target produksi tersebut dicari menggunakan
Diagram Sebab Akibat (Fishbone) yang nantinya juga digunakan dalam identifikasi keterkaitan antar
variabel. Salah satu akar masalah adalah Key Performance Indicator (KPI) saat ini yang hanya focus pada
pencapaian hasil proyek (berkaitan dengan sistem manajemen kinerja yang perlu diperbaiki). Berdasarkan
pertimbangan yang dilakukan, sistem manajemen kinerja yang baru akan didesain menggunakan kerangka
Balanced Scorecard (BSC).
Susunan strategi yang akan diterjemahkan ke dalam variable dan indicator kinerja dilakukan melalui
Analisa Ekternal dan Internal. Pengambilan Data Utama dilakukan dari Expertise di PT. Ultrajaya
(umumnya level 30 - 40 / Staff dan Pengawas sampai level 20 - 30 / Assistant Manager - Manajer). Proses
pembobotan dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari pembobotan
menujukkan bahwa Total Asset Turnover sebagai peringkat tertinggi, dan 2 peringkat tertinggi merupakan
indikator financial (Total Asset Turnover dan Cost Efficiency) dan 2 (GMP Score dan Absenteeism) lainnya
adalah non keuangan. Hasil ini menegaskan bahwa dalam kondisi bisnis saat ini, aspek keuangan penting,
dan aspek lainnya juga penting dan harus dikelola dengan baik. Dengan mengimplementasikan alternatif
bisnis ini, diharapkan akan dikelola dengan baik,tidak terpenuhi target produksi dapat dikurangi dan
diselesaikan, dan pada akhirnya target dapat dipenuhi dengan tepat waktu, sesuai Volume compliance dan
SKU compliance, serta sesuai dengan kualitas yang sesuai dengan standar GMP diterapkan di industry
makanan dan minuman.
Riset ini dibatasi untuk mengusulkan desain sistem manajemen kinerja yang baru menggunakan kerangka
Balance Scorecard untuk UHT department sebagai unit terbesar dalam produksi di PT. Ultrajaya ini.