DETAIL DOCUMENT
STUDI REDUKSI CAMPURAN BIJIH MANGAN DAN TERAK PELEBURAN TEMBAGA DENGAN BATUBARA UNTUK MENGHASILKAN PADUAN LOGAM FEROSILIKONMANGAN
Total View This Week0
Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
Muhammad Fauzian, Irfan (STUDENT ID : 12515048)
(LECTURER ID : 0028017301)
(LECTURER ID : 0002108207)
Subject
 
Datestamp
0000-00-00 00:00:00 
Abstract :
Produksi baja di dunia terus meningkat dengan produksi sebesar 1,689 miliar ton per tahun pada tahun 2017 menurut data statistik World Steel Association dan diprediksikan akan terus meningkat. Pada tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat ke-28 di dunia dalam produksi baja dengan total produksi sebesar 5,5 juta ton per tahun. Namun hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Oleh karena itu, dibutuhkan juga produksi terhadap bahan baku pembuatan untuk dapat memaksimalkan produksi yang ekonomis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan produksi paduan logam mangan di dalam negeri sebagai alloying element pembuatan baja. Namun terdapat beberapa bahan baku lain yang diperlukan dalam memproduksinya diantaranya adalah kebutuhan bijih besi dan kuarsa. Oleh karena itu, terdapat ide alternatif yang dapat digunakan agar produksi lebih ekonomis yaitu penggunaan produk samping dari proses peleburan yang memiliki kandungan besi dan silikon yang tinggi. Terak peleburan tembaga merupakan salah satu terak yang memenuhi kriteria tersebut. Fokus dari penelitian ini adalah untuk melihat peluang pengunaan bijih mangan dan terak peleburan tembaga sebagai bahan baku alternatif dalam produksi FeSiMn. Serangkaian percobaan telah dilakukan untuk melihat pengaruh variasi temperatur dan penambahan terak peleburan tembaga pada proses reduksi bijih mangan terhadap kandungan Fe, Si, Mn pada logam yang dihasilkan. Bijih mangan, terak peleburan tembaga pada penambahan 0%, 20%, 40%, 60%,80%, dan 100% serta batubara diaglomerasi untuk membentuk briket dan direduksi dalam muffle furnace selama 205 menit dengan metode isotermal-gradien temperatur pada temperatur awal 1000°C dan temperatur isotermal akhir 1450°C, 1500°C, dan 1500°C. Briket yang telah direduksi kemudian dipisah antara logam dan terak yang terbentuk kemudian dipreparasi untuk diamati menggunakan mikroskop optik dan SEM-EDS agar dapat diamati kandungan unsur Fe,Si, dan Mn pada berbagai variasi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada rentang 1450°C-1550°C, peningkatan temperatur isotermal akhir akan meningkatkan perolehan logam, kandungan Mn dan Si serta menurunkan kandungan Fe. Kandungan Fe pada temperatur 1450°C, 1500°C, 1550°C berturut-turut sebesar 80,27%, 65,73%, dan 66,01%. Sedangkan kandungan Si berturut-turut sebesar 1,77%, 12,66%, dan 13,12%. Kandungan Mn berturut-turut sebesar 12,89%, 19,32%, dan 20,54%. Sedangkan penambahan terak peleburan tembaga akan berpengaruh terhadap perolehan logam dan kandungan Fe yang semakin meningkat di dalam logam. Pada percobaan dihasilkan kandungan Fe pada variasi penambahan terak peleburan tembaga 20%, 60%, dan 100% berturut-turut sebesar 53,36%, 65,73%, dan 75,24%. Kandungan Si berturut-turut sebesar 12,53%, 11,02%, dan 8,13%. Kandungan Mn berturut-turut sebesar 34,39%, 19,32%, dan 14,54%. 

Institution Info

Institut Teknologi Bandung