Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
Melanthony Pasaribu, Amos (STUDENT ID : 12515039)
(LECTURER ID : 0027055913)
Subject
Datestamp
0000-00-00 00:00:00
Abstract :
Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat menjadi penyebab utama
meningkatnya permintaan terhadap produk pertanian. Hal ini berhubungan dengan
naiknya permintaan akan pupuk untuk mengisi ulang unsur hara di dalam tanah.
Penggunaan pupuk konvensional tidak efektif dikarenakan kemampuan penyerapan
hara oleh tanaman tidak seimbang dengan pelepasan hara oleh pupuk sehingga hal
ini dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut,
diperlukan material lepas lambat yang dapat memperlambat pelepasan unsur-unsur
hara di dalam air sehingga bisa lebih seimbang dengan kemampuan penyerapan
hara oleh tanaman. Metode pembuatan material lepas lambat salah satunya adalah
dengan mekanokimia. Pada penelitian ini, digunakan campuran antara mineral
kalsit dalam bentuk bahan kimia berupa CaO dengan KH2PO4.
Rangkaian percobaan uji kelarutan unsur K di dalam air pada suhu dan tekanan
ruang dilakukan untuk mempelajari pengaruh kecepatan penggerusan, waktu
penggerusan, dan ball to powder ratio (BPR). Sampel CaO dan KH2PO4 dicampur
dengan perbandingan mol 1:1,32 di dalam planetary mill dengan berat bola
penggerus sebesar 280 gram. Pengaruh kecepatan dipelajari dengan variasi
kecepatan putar alat sebesar 150, 200, dan 250 rpm. Pengaruh waktu penggerusan
dipelajari pada 4, 6, 8, 12, 16, dan 24 jam. Sedangkan pengaruh BPR dipelajari pada
perbandingan 14:1, 28:1, dan 56:1. Semua sampel hasil penggerusan dipanaskan
sampai temperatur 600oC. Produk hasil penggerusan dianalisis menggunakan XRay Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), dan
Scanning Electron Microscope (SEM). Analisis Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS) dilakukan untuk mengetahui persen kelarutan unsur K di dalam air dengan
waktu pelarutan selama 4 hari.
Produk hasil penggerusan yang teramati pada analisis XRD berupa K2CaP2O7. Dari
hasil analisis SEM dapat dilihat bahwa penggerusan mengubah bentuk morfologi
sampel menjadi lebih halus dibandingkan awal dan persebaran unsur-unsur merata
yang menandakan sampel hasil penggerusan bersifat homogen, sedangkan
pemanasan sampel menyebabkan partikel-partikel hasil penggerusan mengalami
aglomerasi di mana aglomerat yang dihasilkan semakin besar dengan suhu
pemanasan yang semakin tinggi. Analisis FTIR menunjukkan adanya ikatan gugus
P-O pada setiap sampel hasil penggerusan yang berasal dari K2CaP2O7. Untuk
sampel dengan variasi kecepatan penggerusan 250 rpm, waktu penggerusan 24 jam,
dan BPR 56:1 memiliki nilai kelarutan paling kecil, yaitu sebesar 44,09%.