Abstract :
Bauksit merupakan hasil pelapukan batuan kaya alumina, namun rendah alkali,
alkali tanah, dan silika. Selain itu, bauksit juga dapat terbentuk dari hasil
pelapukan batuan metamorf, batuan sedimen, batuan karbonat, dan sebagai
klastika. Mineralogi dan karakteristik endapan bauksit laterit yang beragam
berkaitan erat dengan beberapa faktor utama, salah satunya tekstur dan komposisi
batuan asalnya. Karakteristik dan genesa endapan bauksit akan berpengaruh
terhadap proses pengolahan. Penanganan secara khusus terhadap bijih bauksit
dengan karakteristik dan proses pembentukan tertentu akan membantu
mengoptimalkan proses pengolahan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Akan tetapi penelitian mengenai karakteristik dan genesa bauksit laterit masih
minim dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
karakteristik dan genesa endapan bauksit laterit. Penelitian dilakukan di daerah
Mempawah, Kalimantan Barat sebagai salah satu daerah prospek bauksit di
Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan geologi permukaan
dan sumur uji. Pemetaan geologi permukaan bertujuan untuk mengetahui kondisi
geologi daerah penelitian dan mengidentifikasi jenis batuan asal bauksit laterit.
Sumur uji dibuat untuk mengetahui distribusi vertikal bauksit laterit dan
hubungannya dengan batuan asal. Analisis petrografi sebanyak 16 sampel dan
mineragrafi sebanyak 12 sampel dilakukan terhadap batuan segar, alterit, dan
bauksit untuk mengetahui mineralogi dan perubahan yang terjadi pada mineral
sebagai hasil dari proses pelapukan. Analisis XRD sebanyak 2 sampel dilakukan
untuk mendukung identifikasi mineralogi pada bauksit. Analisis XRF dilakukan
terhadap 2 sampel batuan segar, 2 sampel alterit, dan 28 sampel bauksit sehingga
diketahui pola pengayaan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 total.. Sampel bauksit diambil
secara sistematis pada setiap dua meter interval ketebalan bauksit.
Daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan litologi, yaitu satuan andesit, satuan
granodiorit, dan satuan endapan aluvium. Andesit mengalami ubahan hidrotermal
tipe propilitik. Struktur geologi sulit dijumpai langsung di lapangan sebagai akibat
dari proses pelapukan yang intensif. Bauksit dijumpai pada satuan andesit dan
satuan granodiorit. Bauksit andesit berwarna cokelat kemerahan, masif, konkresi
berukuran bongkah hingga kerikil dalam matriks berukuran lempung, terdiri dari
goethit, kaolinit, gibbsit, magnetit, dan hematit, dengan kandungan SiO2 2,518 -
31,237%, Al2O3 28,432 - 71,702%, dan Fe2O3 total 25,269 - 43,981%, terlateritisasi
moderat hingga kuat. Bauksit satuan granodiorit berwarma merah kecokelatan,
masif, konkresi berukuran bongkah hingga kerikil dalam matriks berukuran
lempung, terdiri dari kaolonit, kuarsa, gibbsit, goethit, magnetit, dan hematit,
dengan kandungan SiO2 28,849 - 54,255%, Al2O3 38,974 - 58,090 %, dan Fe2O3
6,504 - 19,041%, terlateritisasi lemah hingga moderat.
Bauksit di daerah penelitian digolongkan ke dalam jenis orthobauxite. Bauksit
terbentuk melalui proses bauksitisasi tidak langsung melalui pelindian mineral
primer menjadi kaolinit kemudian menjadi gibbsit. SiO2 sebagai senyawa yang
mudah bergerak mengalami penurunan akibat proses pelindian pada kondisi pH
airtanah netral, sedangkan Al2O3 dan Fe2O3 tertinggal sebagai residual dan
membentuk bauksit. Anomali pola pengayaan pada bauksit satuan andesit terjadi
akibat perubahan fisikokimia pada batuan akibat ubahan hidrotermal. Selain itu,
kontak air tanah, oksigen dan mineral sulfida selama proses pelapukan
menyebabkan perubahan kondisi pH dan Eh airtanah sehingga unsur Fe, Al, dan
logam berat lainnya bersifat mudah bergerak. Susunan laterit yang secara umum
terdiri dari zona alterit, zona bauksit, dan zona latosol, serta conakryte yang
menutupi bagian atas zona bauksit mengindikasikan iklim pembentukan bauksit
cenderung tropis-lembap. Hematit yang merupakan produk lanjut pelapukan
kimia yang memiliki lebihsedikit gugus OH dibandingkan goethit menandakan
proses pelapukan lanjut pada kondisi iklim yang berubah menjadi lebih kering.