Abstract :
Nikel merupakan salah satu unsur yang banyak digunakan dalam berbagai
industri, seperti pembuatan baja tahan karat, bahan baku pembuatan superalloy,
pelapisan, dan bahan baku baterai. Bijih nikel yang terdapat di Indonesia
merupakan bijih nikel laterit. Bijih nikel laterit dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
bijih nikel limonit dan saprolit. Bijih nikel limonit memiliki volume cadangan 2-3
kali lebih besar dari nikel saprolit dan memiliki harga yang lebih murah sehingga
dapat mengurangi biaya produksi feronikel. Teknologi yang umum digunakan
untuk mengolah bijih nikel laterit melalui jalur pirometalurgi adalah Rotary KilnElectric Furnace (RK-EF). Proses RK-EF membutuhkan energi yang besar karena
beroperasi pada temperatur tinggi yaitu 1400oC?1700oC. Pada penelitian ini, akan
dipelajari pengaruh temperatur serta penambahan Na2SO4, dan H3BO3 terhadap
pembentukan partikel logam feronikel yang dihasilkan dari proses reduksi bijih
nikel limonit pada temperatur yang lebih rendah yaitu 1100oC-1300oC.
Bijih nikel limonit, batubara, Na2SO4, dan H3BO3 diaglomerasi membentuk tiga
jenis briket, yaitu briket A (penambahan 10% batubara), briket B (penambahan
10% batubara dan 10% Na2SO4), dan briket C (penambahan 10% batubara, 10%
Na2SO4, dan 5% H3BO3). Proses reduksi dilakukan pada temperatur 1100oC,
1150oC, 1200oC, 1250oC, dan 1300oC menggunakan horizontal tube furnace
selama 60 menit dengan dialiri gas argon. Briket yang telah direduksi kemudian
dipreparasi untuk diamati menggunakan mikroskop optik. Hasil pengamatan
menggunakan mikroskop optik kemudian diolah menggunakan perangkat lunak
ImageJ untuk mengukur partikel logam yang terbentuk. Kandungan unsur dari
briket hasil reduksi pada 1250oC diamati menggunakan SEM-EDS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur reduksi dari
1100oC hingga 1300oC dapat meningkatkan ukuran partikel logam feronikel. Pada
briket A (penambahan 10% batubara), ukuran partikel logam feronikel terbesar
meningkat sebesar 133,75%, yaitu dari 61,1 ?m ke 142,82 ?m. Pada briket B
(penambahan 10% batubara dan 10% Na2SO4), ukuran partikel logam feronikel
terbesar meningkat sebesar 172,14%, yaitu dari 91,11 ?m ke 247,95 ?m. Pada
briket C (penambahan 10% batubara, 10% Na2SO4, dan 5% H3BO3), ukuran
partikel logam feronikel terbesar meningkat sebesar 265,64%, yaitu dari 128,45
?m ke 469,67 ?m. Pada temperatur 1250oC, briket A (penambahan 10% batubara)
menghasilkan feronikel dengan kadar nikel 3,55%, besi 94,58%, dan sulfur
0,31%, briket B (penambahan 10% batubara dan 10% Na2SO4) menghasilkan
feronikel dengan kadar nikel 4,12%, besi 83,79%, dan sulfur 1,55%, briket C
(penambahan 10% batubara, 10% Na2SO4, dan 5% H3BO3) menghasilkan
feronikel dengan kadar nikel 4,78%, besi 92,93%, dan sulfur 0,13%..