DETAIL DOCUMENT
Makna Di Balik Ritus Tuak Wua Masyarakat Bungalawan Dalam Perbandingan Dengan Sakramen Pertobatan Dalam Gereja Katolik Dan Relevansinya Bagi Karya Pastoral Gereja
Total View This Week41
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
DATON, Zakarias Seran
Subject
BL Religion 
Datestamp
2020-10-21 07:47:30 
Abstract :
Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa sebuah iman yang tidak menjadi budaya adalah iman yang belum sepenuhnya diterima, belum sepenuhnya diselisik, belum sepenuhnya dihayati. Sejalan dengan itu, sejak Konsili Vatikan II, Gereja sudah membarui pandangannya tentang praktik keagamaan masyarakat tradisional dan kebudayaan bangsa-bangsa pada umumnya. Gereja Katolik mengakui sejumlah kebenaran dan nilai-nilai baik dan luhur di dalam kebudayaan-kebudayaan melalui ritus-ritus yang dijalankan. Salah satu dari aneka jenis ritus tersebut adalah ritus pertobatan, yakni suatu ritus yang mengungkapkan pertobatan manusia. Ritus tersebut merupakan upacara keagamaan yang diadakan dengan tujuan untuk memperbaiki relasi yang kurang atau tidak harmonis yang disebabkan oleh dosa. Masyarakat Bungalawan mengenal dua ritus yang bernuansa pertobatan adalah ritus Bohok Nuhuka (menghapus bibir) dan ritus Tuak Wua. Tuak Wua merupakan suatu ritus pemulihan atau perdamaian paling tinggi dalam kalangan masyarakat Adonara khususnya masyarakat Bungalawan. Ritus ini berlaku dalam hubungan keretakan relasi yang mengancam nyawa seseorang misalnya; merencanakan pembunuhan (geneke belo ata), perselingkuhan (opo aka ata ina bine), menyumpahi orang pada tempat-tempat keramat (tebayak ata). Kedua ritus ini sering disamakan dengan ritus sakramen tobat dalam Gereja Katolik. Sakramen tobat merupakan sakramen yang ingin menjawab kerinduan akan kehidupan bersama yang damai, sejahtera dan bahagia. Sakramen tobat dan ritus Tuak Wua, jika ditilik dari segi fungsi dan tujuan memiliki kesamaan yakni untuk memulihkan keretakan relasi antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan. Melalui ritus-ritus tersebut, orang Bungalawan mengungkapkan pertobatannya, keinginan untuk membarui relasi yang lebih harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami makna di balik Ritus Tuak Wua pada masyarakat Bungalawan dan membandingkannya dengan Sakramen Tobat dalam Gereja Katolik serta menunjukkan relevansinya bagi karya pastoral Gereja. Secara terperinci penelitian ini bertujuan untuk (1) memberikan gambaran umum tentang masyarakat Bungalawan, (2) mendeskripsikan ritus Tuak Wua kepada publik sebagai salah satu ritus khas masyarakat Bungalawan dan menemukan makna yang terkandung dalam ritus Tuak Wua sebagai salah satu ritus pertobatan, (3) menjelaskan Sakramen Tobat dalam ajaran Gereja Katolik, (4) menunjukkan persamaan dan perbedaan antara makna ritus Tuak Wua dan Sakramen Tobat, (5) menemukan relevansi yang tepat bagi agen pastoral di tengah karya misinya ketika berhadapan dengan realitas multi budaya dalam masyarakat Kabupaten Flores Timur dalam kerangka meningkatkan penghayatan iman umat. Penulis membuat penelitian di desa Bungalawan, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur. Desa Bungalawan merupakan bagian dari wilayah Paroki St. Yoseph Tanah Boleng, Keuskupan Larantuka. Subjek dari penelitian ini adalah masyarakat Bungalawan, tetapi penulis memfokuskan diri pada beberapa informan kunci yang mengetahui dengan baik tentang ritus Tuak Wua. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode penelitian lapangan dengan instrumen pengumpulan datanya adalah wawancara. Selain menggunakan metode wawancara, penulis juga menggunakan metode observasi partisipatoris, dan juga membuat studi kepustakaan. Asumsi sementara dari penulis ketika membuat penelitian ini adalah ritus Tuak Wua dalam masyarakat desa Bungalawan memiliki unsur-unsur penting dan bernilai sakral dalam menjaga keharmonisan hidup baik dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan; karena itu ritus ini mungkin bisa dibandingkan dengan sakramen pertobatan dalam Gereja Kristen Katolik. Kedua ritus ini mempunyai tujuan yang sama yakni untuk memulihkan hubungan yang telah retak karena dosa dan kesalahan. Namun, banyak orang yang beranggapan bahwa ritus Tuak Wua sebagai ritus yang lebih ampuh daripada ritus sakramen pertobatan yang sebenarnya mempunyai makna yang sama. Karena itu, ritus ini bisa membantu penghayatan iman umat secara lebih mendalam untuk menghayati nilai-nilai sakramen pertobatan dalam hidup, sehingga tidak terkesan mengesampingkan ritus keagamaan dan mengagungkan ritus budaya. Penulis telah berusaha untuk membandingkan konsep dosa, tobat dan keselamatan dalam masyarakat Bungalawan dan ajaran Kristen Katolik. Upaya untuk membandingkan konsep tersebut menjadi sarana penting dalam menemukan titik temu untuk memberdayakan iman umat. Ada beberapa point persamaan dan perbedaan yang ditemukan. 1. Beberapa kesamaan yang ditemukan dari ritus tuak wua dan sakramen tobat. Pertama, dalam konsep dosa, keduanya berpandangan bahwa dosa merupakan suatu kenyataan hidup manusia yang berasal dan melekat dalam diri setiap orang. Dosa menjadi suatu kenyataan universal. Dosa juga mendatangkan hukuman bagi manusia yang berdosa. Kedua, masyarakat Bungalawan dan agama Kristen Katolik sama-sama berpandangan bahwa proses pertobatan menuntut keterlibatan dan usaha manusia sendiri serta mencakup ban 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO