DETAIL DOCUMENT
Perwujudan Kasih Terhadap Korban Kekerasan Fisik Dalam Terang Lukas 10:25-37 Dan Relevansinya Bagi Para Pelayan Pastoral
Total View This Week29
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
PUTRA, Antonius Gede Ekadana
Subject
BR Christianity 
Datestamp
2020-10-22 02:16:19 
Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memperoleh gambaran mengenai pandangan Gereja tentang kasih, (2) mengetahui gambaran umum tentang kekerasan fisik, (3) membuat sebuah eksegese yang komperhensif guna menemukan pesan dari teks Luk. 10:25-37 tentang kisah orang Samaria yang murah hati, (4) menggali pesan-pesan dari teks Luk. 10:25-37 berkaitan dengan usaha perwujudkan kasih terhadap korban kekerasan fisik, dan (5) menemukan relevansi dari teks Luk. 10:25-37 bagi usaha para pelayan pastoral dalam mewujudkan kasih terhadap korban kekerasan fisik. Metode yang dipakai oleh penulis dalam merampungkan tesis ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research). Objek yang diteliti adalah perwujudan kasih terhadap korban kekerasan fisik dalam terang Lukas 10:25-37. Wujud data dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat yang terdapat dalam teks Lukas 10:25-37 tentang orang Samaria yang murah hati. Sumber data utama penelitian ini adalah literatur atau sumber dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing yang berbicara tentang Eksegese Injil Lukas dan secara khusus teks Luk. 10:25-37. Dalam membuat eksegese atas teks Luk. 10:25-37, penulis menggunakan dua macam metode penafsiran, yaitu metode historis kritis dan metode analisis naratif. Sumber data sekunder berkaitan dengan tulisan ini diperoleh dari berbagai literatur atau sumber mengenai gambaran umum realitas kasih dan kekerasan fisik. Selanjutnya, penulis berusaha mengelaborasikan segala hasil temuan dalam eksegese teks Luk. 10:25-37 berkaitan dengan usaha perwujudan kasih kepada korban kekerasan fisik dan relevansinya bagi karya para pelayan pastoral. Berdasarkan hasil penelitian yang dibuat, penulis menemukan beberapa pesan teologis berkaitan dengan perwujudan kasih kepada korban kekerasan fisik. Pertama, kasih terhadap korban kekerasan fisik sebagai prasyarat untuk memperoleh hidup kekal. Kedua, perlu keterbukaan untuk belajar melihat hal positif dari mereka yang disepelekan. Ketiga, kasih berarti memberi secara total tanpa sisa. Keempat, perbuatan kasih harus dilakukan tanpa memandang latar belakang sosial. Kelima, dialog merupakan sarana mewujudkan kasih terhadap sesama. Keenam, kesediaan untuk belajar dari korban kekerasan. Ketujuh, kasih menempatkan martabat manusia kepada tataran yang sama. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pelayan pastoral berkaitan dengan usaha perwujudan kasih kepada korban kekerasan fisik seturut teks Luk. 10:25-37. Pertama, pelayan pastoral harus memiliki orientasi pada hidup kekal. Kedua, kasih mesti ditunjukkan lewat pengajaran dan kesaksian hidup. Ketiga, kasih lebih utama dari hukum. Keempat, kasih berarti berani mengambil resiko. Kelima, kasih menuntut kerelaan untuk berkorban. Keenam, kesediaan untuk terlibat dalam pendampingan terhadap korban kekerasan fisik. Ketujuh, kesediaan untuk berdialog dengan budaya yang menindas. Kedelapan, terlibat dalam komisi-komisi di tingkat keuskupan. Kesembilan, kerja sama dengan pihak-kihak yang berkompeten. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO