DETAIL DOCUMENT
Nilai-Nilai Kearifan Di Balik Ritus Pangarai Lakawa Dan Implikasinya Bagi Kehidupan Masyarakat Loura
Total View This Week21
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
PEDE, Yulius Dala
Subject
BR Christianity 
Datestamp
2020-10-23 05:11:28 
Abstract :
Kebudayaan yang dihidupi oleh suatu masyarakat memuat nilai-nilai yang diyakini sebagai penunjang kehidupannya. Kebudayaan itu bersifat kompleks dan menyeluruh dalam seluruh bidang hidup manusia sehingga tidak seorang pun yang hidup bebas lepas dari adanya pengaruh budaya. Kebudayaan sebagai buah dari budi daya manusia mengafirmasi keberadaannya sebagai mahkluk yang berakal budi. Oleh karena itu, hidup sebagai manusia berarti hidup sebagai mahkluk yang berbudaya. Kebudayaan adalah penerusan secara historis sistem dan simbol yang nyata dan kelihatan bagi individu-individu. Penerusan secara historis ini menggambarkan bahwa manusia senantiasa mewarisi kebudayaan yang sudah ada dan tidak menutup kemungkinan untuk senantiasa melakukan pembaruan sesuai dengan situasi dan perkembangan yang dialami. Pewarisan kebudayaan merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya sekaligus sebagai sebuah penegasan akan identitas. Cara pandang dan pola perilaku yang ditampilkan oleh sebuah masyarakat juga menjadi sebuah penjelasan tentang latar belakang kehidupan dan budaya yang mereka dihayati. Hal ini menjadi pertanda bahwa dalam batasan-batasannya yang jelas, kebudayaan itu bersifat partikular. Artinya setiap kelompok masyarakat mempunyai budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini seringkali juga menjadi penyebab konflik dalam cakupan masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sikap yang terbuka untuk mengakui keberadaan budaya lain di luar kebudayaannya sendiri. Salah satu kebudayaan yang diangkat dalam tulisan ini adalah kebudayaan masyarakat Loura Sumba Barat Daya yang mempraktikkan ritus pangarai lakawa. Ritus pangarai lakawa dalam tradisi masyarakat Loura adalah sebuah tradisi pemberian nama kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Ritus ini mempunyai tahapan-tahapannya yakni tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan dan dilakukan dengan beragam simbol yang memiliki tujuan dan makna yang mendalam. Atas dasar itulah penulis merasa tertarik untuk menggali dan mendalami praktik budaya ini dengan mencoba menemukan nilai-nilai kearifan di balik ritus pangarai lakawa dan relevansinya bagi masyarakat Loura. Masyarakat Loura sangat menjunjung tinggi tradisi pemberian nama kepada seorang anak yang baru lahir, agar anak tersebut memperoleh identitas diri. Tradisi atau kebiasaan yang dilaksanakan dalam konteks pemberian nama untuk anak yang baru lahir bukan tanpa alasan. Orang Loura meyakini jika anak tersebut tidak segera diberi nama, sesungguhnya sejak anak tersebut lahir di dunia sudah ada roh jahat yang menunggu di sekelilingnya yang disebut suanggi (ata daina) yang mengancam dan bahkan dapat mencelakakan anak tersebut. Oleh karena itu, ketika bayi sudah lahir dan memperdengarkan tangisan, sebuah nama sudah harus disematkan sebagai bentuk panggilan untuk para leluhur yang telah mendahuluinya yang diyakini sebagai penjaganya. Selain demi keselamatan jiwa dari anak yang baru lahir tersebut, hal lain adalah untuk menentukan statusnya dalam suku yang dalam bahasa Loura di sebut kabizzu. Inilah alasan pentingnya nama yang dipilih dan diberikan kepadanya dari nama para pendahulunya agar nama itu diwariskan turun temurun dan tidak boleh sirna. Banyak nilai dari setiap ritus yang dijalankan tidak selamanya buruk dan menjadikan masyarakat tertinggal atau tidak tanggap zaman. Justru sebaliknya dengan warisan itu seperti ritus Pangarai Lakawa, menjadi warisan budaya yang terus dijaga, dilestarikan. Nilai lain dari ritus pangarai lakawa mengandung makna yang mendalam bagi masyarakat Loura agar supaya silsila atau keturunan seseorang dapat diketahui dengan jelas. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perkawinan sesama suku dalam tradisi Loura dikenal dengan istilah padeke wekkina (perkawinan dalam satu suku). Sesuai dengan tujuan dari karya tulis ini, usaha untuk menemukan nilai-nilai kearifan di balik ritus pangarai lakawa dan relevansinya bagi masyarakat Loura, penulis telah melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada informan utama yaitu masyarakat Loura dan beberapa tokoh adat. Ada berbagai informasi yang diperoleh dan sesudah informasi itu dianalisa ternyata hasil menunjukkan bahwa penulis menemukan adanya nilai-nilai kearifan dibalik ritus pangarai lakawa dan sangat relevan bagi masyarakat Loura. Nilai-nilai kearifan tersebut antara lain: Sosialitas, Persaudaraan/Kekerabatan, Solidaritas, Penghormatan Terhadap Asal-Usul, Pesan Religius. Penulis melihat bahwa ada banyak korelasi dan kemiripan dari nilai yang ada dalam ritus pangarai lakawa dengan nilai-nilai kristiani dalam ajaran Gereja Katolik, yakni upaya untuk menyelamatkan seseorang, agar jiwanya terpelihara baik. Masuknya Agama Katolik di Loura telah membawa sebuah pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Loura sehingga ritus-ritus yang dipraktikkan sudah dipengaruhi oleh ajaran Agama Katolik dan ditemukan ada banyak kemiripan nilai dan makna di dalam ritus ini. Oleh sebab itu ritus yang dipraktikkan oleh mas 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO