DETAIL DOCUMENT
Dialektika Agama dan Sains dan Persoalan Mengenai Etika Menurut Yuval Noah Harari
Total View This Week32
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
WADA, Yoakim Elton Subang
Subject
B Philosophy (General) 
Datestamp
2020-11-08 23:21:10 
Abstract :
Sudah menjadi kebiasaan memotret sejarah modernitas sebagai perseteruan agama dan sains. Perseteruan ini kerapkali terjadi karena perbedaan posisi teoretis yang menempatkan agama dan sains dalam hubungan asimetris akibat pemahaman yang berlainan atas persoalan tentang kebenaran. Meskipun secara in se agama dan sains sebenarnya tidak bertentangan terutama karena keduanya adalah produk pengetahuan manusia, sejarah mencatat bahwa dialektika keduanya tidak dapat dielakkan begitu saja. Pencarian atas kebenaran kerapkali menjadi bermasalah justru karena masing-masing pihak mengklaim diri sebagai satu-satunya jalan kebenaran, terjebak dalam kesadaran yang positivistik dan hegemonik serentak berupaya menegasikan satu sama lain. Posisi teoretis yang berbeda ini jika tidak diatur secara baik tentu akan berdampak buruk ketika keduanya terjun dalam tingkat praksis dan menjadi pedoman bagi tindakan etis manusia. Pasalnya dalam posisi teoretis yang berbeda ini kerapkali bermain pula di dalamnya berbagai kepentingan dan kekuasaan yang tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Atau dengan perkataan lain, tanpa pemahaman yang memadai dan komprehensif tentang hubungan agama dan sains pada tingkat teoretis ini, nilai-nilai kemanusiaan dapat dikorbankan akibat kepentingan pihak-pihak tertentu. Betapa tidak, sudah menjadi kebiasaan bahwa agama kerapkali dipolitisasi oleh pihak-pihak yang haus kekuasan. Sains dijadikan kambing hitam oleh kepentingan kapitalis yang terus berupaya memperkaya diri. Kemurnian sains dan agama yang sejatinya merupakan produk pengetahuan manusia demi kehidupan manusia itu sendiri akhirnya dinodai oleh tindakan yang tidak bermartabat. Namun satu hal positif yang menarik dan menjadi panorama indah yang masih bisa dipetik dalam sejarah perseteruan agama dan sains ini adalah bahwa secara praksis, agama dan sains rupanya mampu hidup berdampingan, saling membutuhkan dan dapat bekerja sama secara baik. Proyek-proyek besar kemanusiaan yang dijalankan selama ini tak jarang melibatkan kerja sama antara pandangan-pandangan keagamaan tertentu dan kebijakan-kebijakan saintifik. Hubungan yang harmonis pada level praksis ini, dengan demikian, mesti terus dipelihara ketika dewasa ini terdapat begitu banyak persoalan kemanusiaan yang tidak dapat diselesaikan secara sepihak, baik hanya oleh agama saja maupun oleh sains semata. Pada titik ini agama dan sains justru dipersatukan berkat upaya manusia mencari suatu ideal hidup yang baik dalam seluruh tindakan praksis hidupnya. Oleh karena itu, ideal hidup yang baik yang menjadi tujuan hidup etis manusia ini perlu menjadi dasar bagi penataan relasi antara agama dan sains. Untuk menata atau mengatur hubungan agama dan sains ini, sumbangan pemikiran berbagai pihak tentu sangat dibutuhkan saat ini. Pemikiran Yuval Noah Harari yang diangkat penulis dalam tulisan ini kiranya patut dipertimbangkan x terutama ketika manusia membutuhkan suatu pedoman etis yang bisa menjadi dasar bagi upaya manusia mencari dan menemukan ideal hidup yang baik tersebut. Pemikiran Harari ini bagi penulis menjadi penting untuk dipelajari terutama karena Harari pun secara kritis melihat berbagai proyek besar kemanusiaan dewasa ini yang jika tidak melibatkan kerja sama agama dan sains dapat berdampak buruk bagi masa depan kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu, berdasar pada pemikiran Yuval Noah Harari, penulis melalui skripsi ini berusaha mengangkat kembali dialektika hubungan agama dan sains selama ini serta berbagai hal ikhwal yang berkaitan dengan persoalan etis yang dihadapi manusia dalam upayanya mencapai ideal hidup yang baik tersebut. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO