Abstract :
Fakta sosial yang tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat dan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dewasa ini adalah kebudayaan.
Kontinuitas pola kebiasaan dan tradisi masyarakat kemudian melahirkan
kebudayaannya. Kebudayaan itu juga yang mempengaruhi pola hidup,
membentuk karakter dan kepribadian masyarakatnya. Singkatnya, kebudayaan
mencerminkan kekhasan hidup masyarakatnya.
Tubumusu, keda dan kanga merupakan tiga unsur kebudayaan masyarakat
Lio-Wolotolo yang mencerminkan kekhasan masyarakat adatnya. Tiga unsur
kebudayaan tersebut adalah bagian integral masyarakat adat Wolotolo yang
menjadi kekuatan dan pedoman hidup mereka. Pada saat suka maupun duka
masyarakat adat Wolotolo selalu ke tubumusu, keda dan kanga untuk
menyampaikan syukur dan memohon berkat perlindungan agar terbebas dari
bencana karena bagi mereka (masyarakat adat Wolotolo) tubumusu, keda dan
kanga adalah simbol penghubung antara manusia dengan Wujud Tertinggi atau
Du’a Ngga’e sekaligus sebagai simbol kehadiran Wujud Tertinggi atau Du’a
Ngga’e yang selalu mengawasi aktivitas manusia dan memberi berkat serta
kutukan jika perilaku manusia menyimpang dari pada-Nya.
Beberapa makna tersirat dari tubumusu, keda dan kanga yang
berhubungan dengan kehidupan menggereja di paroki Kristus Raja Wolotolo
adalah: Pertama, sebagai tempat ibadat. Bagi masyarakat adat Wolotolo
tubumusu, keda dan kanga adalah tempat paling suci dan sakral untuk
melaksanakan ritus tahunan secara berkala. Di sisi lain, dalam konteks kehidupan
menggereja umat Kristen paroki Kristus Raja Wolotolo menjadikan bangunan
gereja sebagai tempat paling suci dan sakral untuk melaksanakan kebaktian atau
ibadat setiap hari Minggu dan hari-hari raya. Maka dari itu, tempat ibadat
masyarakat adat Wolotolo di tubumusu, keda dan kanga relevan dengan gereja
sebagai tempat ibadat umat paroki Kristus Raja Wolotolo. Kedua, sebagai ritus
atau ibadat kepada Allah. Sebagaimana ritus yang dilaksanakan oleh masyarakat
adat Wolotolo di tubumusu, keda dan kanga tertuju kepada Du’a Ngga’e,
demikian pula kebaktian atau ibadat umat Kristen di paroki Kristus Raja Wolotolo
tertuju kepada Allah Tritunggal. Ketiga, sebagai simbol. Simbol yang
dimaksudkan di sini adalah kehadiran Allah, persatuan dan persekutuan baik
dalam masyarakat adat maupun umat Kristen di paroki Kristus Raja Wolotolo.
Jadi, pada umumnya makna dan nilai yang terkandung dalam tubumusu,
keda dan kanga pada masyarakat adat Wolotolo masih sangat relevan dengan
nilai-nilai luhur Kristiani dalam kehidupan menggereja di paroki Kristus Raja
Wolotolo.