DETAIL DOCUMENT
Relevansi Nilai-Nilai Ekologis Ritus Ragas Uma Weru Dalam Masyarakat Mulu Sebagai Salah Satu Pandangan Alternatif Dalam Menanggulangi Krisis Lingkungan Hidup
Total View This Week23
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
MADUR, Epifanius G.W.
Subject
GF Human ecology. Anthropogeography 
Datestamp
2020-11-09 02:49:01 
Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk menggali relevansi nilai-nilai ekologis ritus ragas uma weru dalam masyarakat Mulu untuk selanjutnya dijadikan salah satu pandangan alternatif dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup. Jenis penelitian yang dipakai dalam tulisan ini ialah penelitian deskriptif kualtiatif. Objek yang diteliti ialah ritus ragas uma weru pada masyarakat Mulu. wujud data penelitian ini ialah upacara, simbol dan tahap-tahap pelaksanaan ritus. Ada dua sumber data untuk penelitian ini yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah ritus ragas uma weru. Sedangkan sumber data sekunder penelitian ini ialah dokumen, buku-buku, majalah dan jurnal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non interaktif, yang meliputi transkrip tuturan langsung para narasumber dan mendeskripsikan ritus ragas uma weru pada masyarakat Mulu. Teknik ini ditempuh dengan tiga cara. Pertama, mewawancarai para narasumber untuk mengumpulkan data, transkrip dan mendeskripsikan ritus ragas uma weru pada masyarakat Mulu. Kedua, mengumpulkan dan mempelajari beberapa teori yang relevan dengan tema penelitian. Ketiga, menganalisis semua data, berupa kutipan penting yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan ialah analisis model mengalir. Teknik analisis dengan model ini dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, kodifikasi, pemetaan pola dan sintesis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan Indonesia saat ini berada dalam bayang-bayang ancaman bencana ekologis. Bencana-bencana ekologis itu sudah masuk tahap mengkhawatirkan kelangsungan hidup rakyat dan bahkan telah memakan korban ribuan orang setiap tahun. Industri ekstraktif yang dikembangkan demi pertumbahan ekonomi telah menuai banjir, kekeringan, tanah longsor, asap, rembesan air laut, pencemaran air dan udara, serta kehilangan keanekaragaman hayati. Dasar kiris lingkungan yang terjadi dewasa ini disebabkan oleh kesalahan paradigma manusia tentang dirinya, tentang alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan pandangan ini bersumber pada etika antroposentrisme yang melihat manusia sebagai pusat dari alam semesta dan hanya manusia yang bernilai pada dirinya sendiri sedangkan alam hanyalah instrumen atau alat yang digunakan manusia dalam memenuhi dan mengejar kepentingannya. Krisis lingkungan yang melanda dunia saat ini membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali menata relasinya dengan alam. Kesadaran ini sejatinya sudah termuat dalam pandangan masyarakat tradisional Mulu khususnya melalui ritus ragas uma weru atau buka kebun baru. Nilai-nilai ekologis yang terkandung dalam ritus tersebut bertumpu pada kepercayaan bahwa individu adalah anggota dari satu komunitas yang terdiri atas komponen-komponen yang saling tergantung. Di satu sisi, insting manusia menuntutnya untuk berkompetisi demi meraih posisi dalam komunitas, tetapi di sisi lain nilai-nilai ekologis ritus ragas uma weru mendesak manusia menjalin kerja sama supaya ada tempat baginya untuk berkompetisi di tengah alam semesta. Artinya, nilai-nilai ekologis ritus ragas uma weru menjadi pandangan alternatif perubahan peran manusia, dari penakluk bumi menjadi sekadar salah satu anggota bumi bersama komponen-komponen lingkungan lainnya. Manusia harus menghargai komponen-komponen lingkungan itu sama seperti menghormati dan bertoleransi kepada sesama. Nilai-nilai ekologis ritus ragas uma weru membuka wawasan etis manusia bahwa, jika manusia tidak bertoleransi kepada sesama warga negara bumi, misalnya dengan melakukan eksploitasi berlebihan terhadap tanah atau menggusur habitat satwa secara berlebihan, maka kerukunan antar-warga bumi akan terkoyak seraya melahirkan konflik antar-warga berupa krisis lingkungan dan gelombang bertubi-tubi kerusakan alam. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO