Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan dinamika kelas petani yang
menyebabkan dinamika akumulasi dan diferensiasi petani di Lembor, dan (2)
menjelaskan perubahan agraria yang menyebabkan migrasi petani di Lembor.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Obyek dalam penelitian ini adalah komunitas petani di Lembor. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data rekaman wawancara bersama
narasumber kunci yang disusun dalam sebuah format wawancara dan data
verbatim, atau kata-kata yang disusun dalam bentuk cerita peristiwa. Sumber data
utama penelitian ini adalah wawancara bersama narasumber kunci yaitu petani
Lembor yang bermigrasi dan pengusaha yang ada di Lembor. Sumber data
sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, khususnya mengenai
sejarah kolonialisme di Manggarai dan penelitian tentang migrasi di Flores.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara non-probability
sampling (setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk menjadi
responden) terhadap para petani di Lembor yang bermigrasi. Langkah yang
digunakan dalam teknik studi kasus non-probability sampling ditempuh dengan
proses sebagai berikut: pertama, peneliti mencari orang yang bersedia untuk
diwawancarai. Peneliti juga mendapat daftar nama orang yang pernah bermigrasi
dengan meminta rekomendasi dari warga di beberapa desa di Lembor dan peneliti
juga meminta rekomendasi dari narasumber yang telah diwawancarai untuk
mendapatkan narasumber baru. Kedua, mengumpulkan data wawancara,
mereduksi, menyajikan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: 1) Dinamika akumulasi
mempengaruhi diferensiasi kelas di kalangan komunitas petani Lembor. Pertama,
dinamika kelas di kalangan petani Lembor merupakan akibat dari ekspansi
kapitalisme yang dibawa oleh kolonial di masa penjajahan. Kedua, dinamika kelas
menyebabkan dinamika akumulasi muncul dalam kehidupan masyarakat sehingga
dalam komunitas petani di Lembor terdapat kelas-kelas sosial. Masyarakat
tradisional Lembor terbagi dalam lima kelas sosial yang spesifik dalam
masyarakat kapitalis, yakni kelas kapitalis, peti-borjuasi, semi-proletar, proletar,
dan petani subsisten. Dinamika ini terjadi dalam proses perubahan agraria para
petani dan perihal pembagian alat produksi atau pendistribusian tanah oleh
otoritas adat dan selanjutnya oleh pemerintah setempat. Perubahan agraria ini
kemudian berlanjut dan mengubah relasi produksi masyarakat Lembor. 2)
Perubahan agraria dan migrasi. Pertama, perubahan agraria di komunitas Lembor
terjadi dalam waktu yang lama yaitu terbentang dari masa feodal hingga zaman
sekarang. Perubahan agraria itu dibagi atas zaman pra-kolonial, kolonial, orde
lama dan baru, dan zaman kontemporer. Kedua, transformasi yang terjadi di
kalangan masyarakat feodal tidak pernah menguntungkan masyarakat.
Ketimpangan yang sejak lama terjadi malah semakin diperlebar dengan masuknya
pengaruh kapitalisme tersebut. Pada akhirnya banyak orang yang terpaksa
bermigrasi ke tempat yang jauh agar dapat bersubsisten atau mengakumulasi
seperti membeli tanah di tempat asalnya.
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa
fenomena migrasi yang terjadi dalam komunitas petani di Lembor disebabkan
oleh penetrasi kapitalisme ke pedesaan, sehingga muncul persoalan menyangkut
penguasaan alat produksi dan ketimpangan sistem. Masuknya masyarakat Lembor
ke dalam kelas-kelas berdasarkan relasi produksi merupakan hasil transformasi
yang diakibatkan oleh penetrasi kapitalisme. Para feodal bertransformasi menjadi
kapitalis, sedangkan rakyat menjadi proletar. Proses transformasi ini dapat terjadi
secara sukarela ataupun dengan paksaan. Berhadapan dengan kenyataan ini, ada
banyak petani yang tetap bertahan dan bersubsisten, namun, tidak sedikit juga
yang memilih untuk bermigrasi dan meninggalkan daerah asalnya serta menjadi
buruh di luar daerah hingga luar negeri supaya dapat bersubsisten. Ketiadaan
sarana produksi membuat para petani tidak memiliki pilihan lain selain mencari
penghidupan di perantauan. Oleh karena itu, persoalan migrasi adalah persoalan
ketimpangan struktur relasi produksi di sektor agraria. Persoalan ini adalah akar
dari fenomena migrasi yang terjadi di komunitas petani Lembor.