Abstract :
Dengan adanya teknologi lebih maju mempermudah dalam merancang pengobatan baru yang bertujuan untuk
mendapatkan obat baru dengan aktivitas lebih baik serta mempunyai toksisitas yang lebih rendah melalui
modifikasi struktur. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia
cukup tinggi, yaitu 1,4 per 1000 penduduk. Penelitian ini dilakukan untuk mencari senyawa baru sebagai
kandidat antikanker dari senyawa kompleks Bis-1-((4-heptylbenzoyl)-3-methylthiourea) Cobalt (III),
mengetahui sifat farmakokinetik dari senyawa kompleks hasil sintesis dibandingkan senyawa awalnya dan
interaksinya terhadap reseptor kanker Ribonukleotida Reduktase. Senyawa kompleks Bis-1-((4-heptylbenzoyl)-
3-methylthiourea) Cobalt (III) disintesis dari reaksi antara senyawa 1-(4-heptylbenzoyl)-3-methylthiourea
dengan logam cobalt (III) menggunakan metode Refluks. Hasil sintesis kemudian dilakukan uji kermurnian
dengan HSM dan KLT. Lalu dikarakterisasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis, Spektrofometri FTIR dan
spektroskopi Massa. Terakhir di uji secara in silico dan sifat farmakokinetiknya dengan uji PreADMET. Dengan
% yield sebesar 83,52%. Dimana dari hasil uji PreADMET didapatkan bahwa senyawa kompleks Bis-1-((4?
heptylbenzoyl)?3?methylthiourea) Cobalt (III) memiliki sifat farmakokinetik yang lebih baik dibandingkan
senyawa 1-(4-hepthylbenzoyl)-3-methylthiourea. Hasil uji in silico serta molecular docking senyawa kompleks
Bis-1-((4?heptylbenzoyl)?3?methylthiourea) Cobalt (III) diprediksi dapat berinteraksi dengan reseptor
ribonukleotida reductase dengan hasil yang stabil serta memiliki aktivitas yang lebih baik dari pada senyawa
pembanding hydroxyurea.
Kata kunci: Thiourea, logam cobalt (III), antikanker, sintesis kompleks, study in silico