DETAIL DOCUMENT
REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM SITI (Analisis Semiotika Roland Barthes)
Total View This Week1
Institusion
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Aws
Author
EKAWATI, JULIA
Subject
HE Transportation and Communications 
Datestamp
2019-04-25 03:08:17 
Abstract :
Semakin berkembangnya dunia perfilman semakin beraneka ragam pula film yang diproduksi dengan gaya yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre. Film kemudian diperkaya dengan unsur sinematografi seperti efek suara, musik, cahaya, dan skenario yang memikat. Wajah perempuan dalam media cenderung menggambarkan perempuan sebagai korban, pihak yang lemah, tak berdaya, atau menjadi korban kriminalitas karena sikapnya yang mengundang atau memancing terjadinya kriminalitas, atau sebagai obyek seksual. Penggambaran dalam cerita-ceritanya sering kali stereotipe. Ideologi patriarki masih sangat kuat mendominasi posisi perempuan, baik sebagai individu maupun kelompok. Pada dasarnya, perempuan merupakan suatu pesan yang dikomunikasikan dalam budaya patriarki. Perempuan “dituliskan” melalui pembentukan stereotip dan mitos bahwa ia adalah suatu tanda yang dipertukarkan, begitulah akhirnya perempuan berfungsi dalam bentuk-bentuk budaya dominan. Diantara sekian banyak gambaran realitas yang ter-konstruksi dengan baik dalam sebuah film, peneliti akan berfokus pada bagaimana representasi feminisme dalam film Siti. Feminisme merupakan suatu upaya dalam menuntut persamaan gender dalam masyarakat. Film Siti merepresentasikan bagaimana kehidupan sosial perempuan di Indonesia dan kehidupan para pekerja malam. Selain itu film ini merepresentasikan kekuatan dalam diri perempuan berupa kekuatan fisik dan pikiran. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Semiotika Roland Barthes, dan penelitian komunikasi kualitatif, dengan melihat makna simbol dalam adegan, denotasi, konotasi dan mitos dalam film Siti. Hasil dari penelitian ini, Film Siti termasuk ke dalam feminisme Marxis, Aliran feminis ini menganggap bahwa urusan mengelola rumah tangga ditransformasikan menjadi industri sosial serta urusan menjaga dan mendidik anak menjadi urusan publik, maka perempuan tidak akan mencapai kesetaraan yang sejati. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi 
Institution Info

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Aws