Abstract :
Kesenian Topeng Ireng merupakan tarian tradisi kerakyatan yang diciptakan di tengah masyarakat pedesaan, kurang lebih pada tahun 1940-an di sekitar lereng Merbabu dan Sumbing, tepatnya di desa Tuk Songo kecamatan Borobudur. Topeng Ireng ini berkembang di beberapa kecamatan salah satunya grup kesenian Topeng Ireng Tunas Kawedar. Kesenian ini merupakan tarian kelompok yang terdiri dari tiga babak yaitu rodat, monolan, dan kewanan serta ditarikan oleh laki-laki. Penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang Bentuk Penyajian Kesenian Topeng Ireng Tunas Kawedar dalam Acara Peresmian Masjid di dusun Krageman desa Kradenan kecamatan Srumbung kabupaten Magelang. Pada acara tersebut, pementasan Topeng Ireng Tunas Kawedar memiliki penonton lebih banyak, maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan bentuk penyajian, yaitu suatu pendekatan dengan cara mengkaji objek penclitian yang meliputi berbagai aspek gerak tari, ruang dan waktu, properti yang digunakan, iringan, rias dan busana, sehingga pertunjukan kesenian tersebut terintegrasi menjadi satu kesatuan. Bentuk penyajian Topeng Ireng Tunas Kawedar pada acara tersebut temyata durasi yang digunakan lebih lama, dan penari yang mengalami intrance tidak hanya pada babak kewanen seperti biasanya, akan tetapi pada babak monolan juga mengalaminya, schingga penonton yang hadir semakin banyak. Hal ini terkait dengan tujuan dipentaskannya kesenian Topeng Ireng Tunas Kawedar yaitu sebagai sarana dakwah, semakin banyak penonton yang hadir maka diharapkan semakin banyak pula masyarakat yang dapat mendengarkan dakwah tersebut. Bentuk Penyajian yang ditampilkan ternyata menjadi lebih meriah dari biasanya