Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
Pramesti, Widya (STUDENT ID : 12315049)
(LECTURER ID : 0005077302)
(LECTURER ID : 0017069002)
Subject
Datestamp
2019-09-02 14:49:18
Abstract :
Kejadian gempa Palu-Donggala yang terjadi pada 28 September 2018 merupakan
akibat dari aktivitas sesar Palu Koro. Gempa tersebut berkekuatan Mw 7.5 dengan
pusat gempa di Kabupaten Donggala dan berdampak sangat merusak di Kota Palu.
Kepadatan penduduk di Kota Palu mengakibatkan tingginya korban akibat
peristiwa tersebut. Kerusakan yang terjadi akibat adanya gempabumi berhubungan
dengan karakteristik bawah permukaan di suatu tempat. Untuk mengkarakterisasi
bawah permukaan Kota Palu, dilakukan pengukuran data mikrotremor di 22 titik
yang mencakup seluruh Kota Palu selama tiga bulan dari Februari hingga Mei 2015.
Untuk memetakan karakteristik dinamik bawah permukaan berupa amplifikasi dan
frekuensi dominan, digunakan metode Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio
(HVSR). Selanjutnya, inversi data HVSR menggunakan metoda Monte Carlo
dilakukan untuk mengetahui nilai kecepatan gelombang geser (Vs) dan kedalaman
engineering bedrock di Kota Palu. Berdasarkan model Vs yang diperoleh kemudian
dilakukan perhitungan kecepatan gelombang geser rata-rata 30 meter di bawah
permukaan (Vs30) untuk mengklasifikasi jenis tanah di Kota Palu. Dari peta
frekuensi dominan yang dihasilkan, diperoleh kesimpulan bahwa di bagian utara
hingga tenggara Kota Palu merupakan daerah yang mempunyai frekuensi dominan
rendah yang mengindikasikan bahwa di dalamnya terdapat lapisan sedimen tebal.
Peta ampifikasi menunjukkan bahwa di daerah utara Kota Palu memberikan nilai
amplifikasi yang tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan hasil peta frekuensi
dominan karena sedimen yang tebal akan memberikan nilai amplifikasi gelombang
gempa yang tinggi. Hasil inversi menunjukkan bahwa terdapat struktur cekungan
yang terisi sedimen di bagian utara hingga ke arah tenggara Kota Palu dan memiliki
ketebalan lebih besar dibandingkan dengan bagian barat Kota Palu. Jenis tanah di
30 meter pertama Kota Palu bagian utara hingga ke tenggara pada umumnya berupa
tanah lunak (SE) sedangkan di Kota Palu bagian selatan hingga ke barat daya pada
umumnya berupa tanah sedang (SD). Lebih jauh, dengan membandingkan wilayah
terdampak gempa Palu-Donggala pada tahun 2018, menunjukkan bahwa data hasil
penelitian yang diperoleh sesuai dengan daerah kerusakan.