Institusion
Institut Teknologi Bandung
Author
M I Mambraku, Victor (STUDENT ID : 27116059)
(LECTURER ID : 0028036501)
(LECTURER ID : 0011016602)
Subject
Datestamp
2019-10-01 11:02:49
Abstract :
Papeda merupakan makanan yang populer di kalangan Orang Sentani. Dalam tradisi
makan papeda terdapat 'yanggalu' yang digunakan untuk memutar papeda dan 'hiloi'
yang digunakan untuk makan. Pada perkembangannya Orang Sentani mulai makan
menggunakan sendok-garpu, kecenderungan ini menempatkan hiloi dan yanggalu pada
kondisi membingungkan, bahkan keberadaan sendok-garpu berpotensi menggeser
keberadaan hiloi dan yanggalu. Dengan melihat kenyataan tersebut, maka diperlukan
pemahaman tentang bagaimana terbentuknya hiloi dan yanggalu, makna-makna yang
ada pada hiloi dan yanggalu, maupun upaya yang diperlukan guna melestarikan hiloi
dan yanggalu. Untuk itu dilakukan penelitian pada wilayah pemukiman Orang Sentani.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain penelitian bersifat
deskriptif. Konsep penelitian diawali dengan memaparkan ciri-ciri umum kebudayaan
Orang Sentani. Selanjutnya pembahasan fokus pada jenis makanan pokok, makanan
pendukung, peralatan makan lalu objek utama penelitian hiloi dan yanggalu yang secara
esensial dapat dijumpai, analisis dilakukan melalui variabel-variabel ATUMICS guna
memperoleh konsep kearifan lokal sebagai langkah-langkah pelestarian hiloi dan
yanggalu. Melalui pendekatan ini peneliti melakukan participant as observer dengan
subjek penelitian di lapangan serta berusaha memahami masalah dari sudut pandang
Orang Sentani agar memperoleh hasil penelitian yang objektif.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa hiloi dan yanggalu telah diwariskan secara turuntemurun,
disosialisasikan, diinternalisasikan, dalam kehidupan individu maupun
kelompok sebagai identitas bersama milik Orang Sentani. Integrasi sendok-garpu
merupakan bentuk keterbukaan dalam menerima budaya asing dan saling memberi
pengaruh dalam kehidupan moderen Orang Sentani. Penerapan metode ATUMICS
merupakan cara mempertahankan sekaligus mengembangkan hiloi dan yanggalu.
Unsur-unsur tradisi tetap dipertahankan sedangkan elemen material baru ditambahkan
sebagai bentuk transformasi teknologi yang terarah serta terencana agar hiloi dan
yanggalu lebih berkualitas. Dengan demikian proses revitalisasi hiloi dan yanggalu
dalam bentuk baru menjadi sesuai dengan kondisi kekinian Orang Sentani.