Institusion
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Author
VIVI SUCI WULANDARI , NIM. 10210095
Subject
Komunikasi Islam
Datestamp
2015-10-19 03:18:43
Abstract :
Pada bulan September 2012, pemberitaan tentang peristiwa terorisme di
Indonesia gencar dan ramai diperbincangkan di media cetak, salah satunya surat
kabar harian Kompas. Berawal dari dua peristiwa yang beruntun di Kota Solo
yaitu peristiwa penembakan di Pos Pengamanan Lebaran di Gemblengan tanggal
17 Agustus 2012 dan pelemparan granat di Pos Pengamanan Lebaran di Gladak
tanggal 18 Agustus 2012. Media masa baik cetak maupun elektronik mulai ramai
memberitakan isu terorisme. Penelitian ini akan menguraikan wacana yang
bersembunyi dalam pemberitaan aksi Islam radikal di Indonesia yang digembargemborkan
oleh media massa, khususnya wacana-wacana pemberitaan Harian
Kompas. Pertanyaannya sederhana, konstruk pemahaman seperti apa yang ada di
tengah-tengah masyarakat ketika pemberitaan media massa nasional menerbitkan
wacana terorisme kelompok Islam radikal Indonesia.
Penelitian ini berupaya mendeskripsikan wacana radikalisme yang
dibangun oleh surat kabar Harian Kompas edisi September 2012 terkait kasus
teror bom yang terjadi di kota Solo. Serta bagaimana Surat Kabar Harian Kompas
Mengkonstruksi Pemberitaan tentang Wacana Radikalisme dalam Pemberitaan di
Solo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan elemen-elemen bangunan
wacana radikalisme yang diberitakan Harian Kompas dalam pemberitaan teroris
di Solo.
Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif kualitatif dengan
menggunakan analisis wacana kritis. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi. Objek penelitian ini adalah semua pemberitaan tentang wacana
radikalisme di Solo pada surat kabar Harian Kompas edisi bulan September 2012.
Subjek penelitian di sini adalah surat kabar Harian Kompas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi yang dibangun oleh
Harian Kompas dalam pemberitaan aksi radikal di Solo, digambarkan secara jelas.
Pemberitaan mengenai wacana radikalisme lebih pada penggambaran secara detail
yaitu, apa saja tindakan aksi tersebut. Sehingga masyarakat mampu melihat dan
mengetahui tindakan-tindakan apa yang termasuk dalam radikalisme.
Pemberitaan yang ditampilkan merupakan bentuk konstruksi realitas dan
pembentukan konstruksi citra. Konstruksi realitas dalam proses pemberantasan
terorisme serta konstruksi citra terhadap aparat kepolisian dan pemerintah
dihadapan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kritik oleh Kompas
terhadap tindakan polisi dalam upaya penangkapan terduga teroris.
Penggambaran terorisme dalam pemberitaan Kompas di Indonesia di sini
lebih pada kelompok-kelompok Islam tertentu bukan dari keseluruhan agama
Islam. Adapun penyebutan salah satu pondok pesantren yang menjadi latar
belakang pendidikan dari tersangka teroris, hal tersebut hanya ingin
menggambarkan keterkaitannya kelompok baru yang ditangkap ada hubungan
dengan jaringan teroris yang sudah tertangkap sebelumnya.