Institusion
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Author
ANISA TIRTA KUSUMA SARI , NIM. 10720002
Subject
Sosiologi
Datestamp
2015-12-30 06:39:05
Abstract :
Narapidana yang menjalani hukuman di lapas hidup dalam lingkungan
yang serba sulit dan terbatas. Terdapat kode-kode dan aturan tersendiri yang harus
dipatuhi oleh seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Hal ini berakibat pada
sulitnya interaksi sosial yang harus dijalani oleh seluruh narapidana, terlebih
narapidana pengidap HIV/AIDS. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ODHA
dapat kita jumpai di Lapas Narkotika Kelas II A Yogyakarta. Dari 268 WBP, 5
diantaranya mengidap virus yang sangat mematikan ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana seorang narapidana yang mengidap HIV/AIDS
dapat berinteraksi di lingkungan lapas tempat ia menjalani hukuman. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dapat
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Teori yang di gunakan untuk menganalisis
masalah penelitian adalah Dramaturgi yang dipopulerkan oleh Erving Goffman.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode
observasi, metode wawancara mendalam (dept interview) dan metode
dokumentasi. Adapun analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data
yang telah terkumpul dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi,
dokumentasi, catatan lapangan dan lain sebagainya.
Hasil penelitian ini adalah interaksi sosial yang dilakukan narapidana
pengidap HIV/AIDS di lingkungan lapas terjadi layaknya dalam pertunjukan
drama. Jika mereka berinteraksi secara langsung, mereka melakukan interaksi
secara wajar dan memperlakukan WBP ODHA tersebut layaknya seperti WBP
normal pada umumnya. Namun sesungguhnya mereka masih belum dapat
menjalani interaksi secara terbuka, karena masih terdapat batasan-batasan tertentu
yang harus mereka jaga. Begitupun sebaliknya, WBP ODHA di hadapan orangorang
di sekitarnya bergaul layaknya bagian dari masyarakat normal. Namun
sebenarnya ia juga masih merasa belum dapat diterima seutuhnya oleh masyarakat
lingkungan lapas akibat penyakit yang ia derita ini. Faktor yang melatarbelakangi
orang-orang di lingkungan lapas masih enggan untuk tulus berinteraksi tanpa
merasa risih dengan WBP ODHA ada 3 yaitu. Pertama, adanya stigma negatif
yang mereka percaya bahwa virus HIV/AIDS adalah penyakit yang mematikan
dan belum ada obatnya. Kedua, adanya ketakutan dari masyarakat lingkungan
lapas, akan peristiwa yang pernah terjadi di Lapas Narkotika, yaitu meninggalnya
2 orang WBP di lapas akibat mengidap penyakit HIV/AIDS dengan kondisi yang
sangat memprihatinkan. Ketiga, adanya perasaan risih ataupun jijik jika harus
bergaul dengan seorang ODHA karena orang-orang di lingkungan lapas
menganggap penyakit tersebut sebagai penyakit yang “kurang bermoralâ€.