Abstract :
Pada tahun 2010 Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional meluncurkan program bantuan
Bidikmisi. Program ini diluncurkan untuk memberikan bantuan biaya
pendidikan kepada mahasiswa atau calon mahasiswa dari keluarga yang kurang
mampu, akan tetapi mempunyai prestasi yang baik. Bantuan Bidikmisi
diberikan kepada seluruh universitas negeri atau swasta yang ada di Indonesia,
termasuk PTAIN. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sendiri termasuk salah satu
kampus yang dapat diamanahi untuk mengelola bantuan Bidikmisi. Namun
dalam perjalanannya, bantuan Bidikmisi di UIN terdapat kendala bagi
penerimanya. Beberapa mahasiswa mengalami kegagalan kemudian
dikeluarkan, yang disebabkan karena nilai IPK di bawah 3,00.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kegagalan
mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi tidak bisa mencapai IPK di atas 3,00.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi atau media bagi
pemerintah, pihak UIN, mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi, dan
masyarakat pada umumnya. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
teori Dramaturgi dari Erving Goffman. Sedangkan, metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan menceritakan
mengenai fenomena penyebab kegagalan nilai IPK mahasiswa penerima
bantuan Bidikmisi. Adapun data penelitian bersumber dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknis analisis data dilakukan dengan reduksi
data, display data serta yang terakhir adalah verifikasi.
Penyebab kegagalan mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi, dengan
IPK di bawah 3,00, karena jarang masuk dalam kegiatan perkuliahan, yakni
dipengaruhi pacar, aktif di organisasi ekstra dan intra, bekerja dan tidak minat
di Bidikmisi. Front stage (panggung depan) yang dimainkannya adalah tidak
menampakan status sosialnya ditandai dengan sering tidak masuk kuliah,
berdiam diri di kelas, jarang mengerjakan tugas dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan kampus. Adapun Back stage (panggung belakang) yang
dimainkannya pun tidak mendukung status sosialnya, ditandai juga dengan
hanya menonton TV, sering bermain bersama temannya, berpacaran, bekerja
dan pengaruh ketergantungan terhadap kelompok sosial. Kedua peran yang
dimainkannya saling mempengaruhi dalam ketidakmasimalan untuk
memainkan perannya.