Abstract :
Kiai sebagai tokoh sentral dalam tradisi keagaamaan islam khususnya bagi
masyarakat jember, telah memainkan peran signifikan untuk mengawal perubahan perubahan
sosial, baik kultural maupun struktural. Dalam kerangka mewujudkan
perbaikan ke depan, Pilkada 2005 yang telah memilih sosok MZA Djalal sebagai
pemegang jabatan nomor satu di kabupaten Jember, merupakan wujud eksistensi
politik kiai. Kebupaten Jember yang heterogenitas penduduk, dengan tradisi yang
berada dalam pengaruh ratusan pesantren, yang mengakui sosok kiai dengan otoritas
interpretasi tradisi dan kharismatiknya, dengan menjadikan pi1kada sebagai media
politiknya dalam melakukan pengawalan peruhahan yang lebih baik. Oleh karenanya,
rumusan masalah lebih ditekankan kepada konsepsi dan realitas politik kiai di Jember
dan strategi penyuksesan MZA Djalal sebagai calon yang diperjuangkan dan nantinya
diharapkan menjaga stabilitas Jember sebagai kota agamis dan kota tembakau.
Riset ini dilakukan di kabupaten Jember dan terfokus pada po1itik kiai dalam
kerangka suksesi MZA Djalal sebagai 2005-2010. Jenis penelitian adalah Field Study
melalui pendekatan sosiologis (prilaku) teologis dan kasuistik dengan metode
kualitatif naturalistik melalui tekhnik observasi, interviu, dokumentasi dan
kepustakaan yang terkait. Subyek data adalah kiai-kiai yang terlibat langsung dengan
MZA. Djalal dan dokumentasi KPUD Jember. Adapun analisis yang digunakan teori
kekuasaan (Max Weber) dan teori interpretifkomunikasi (SP. Varma dan Habermas).
Hasil riset menunjukkan bahwa Pilkada sebagai media politik kiai, dan
kepartaian hanya digunakan sebagai alat untuk rnemperoleh legitimasi permilu.
Komunikasi kiai dengan MZA. Djalal telah dilakukan dan disiapkan semenjak awal
2003 ketika perjalanan bupati terdahulu telah menyalahi komitmen bersama dalam
pembangunan kabupaten Jember. Politik kiai dapat dilihat ketika prosesi pencalonan
MZA. Djalal di PKB dan koalisi dengan PDI P yang berakhir dengan terjadinya
konflik di internal kepengurusan DPC PKB Jember dan adanya ancaman jiwa
terhadap lima pengurus harian yang menetapkan pencalonan Djalal sebagai calon
tetap PKB ke KPUD.
Konflik yang terjadi tidak menghentikan perjuangan kiai untuk tetap eksis
pada komitmen mendukung Djalal hingga terpilih. Kemenangan mutlak pasangan
MZA Djalal dan Kusen Andalas dengan perolehan suara yang hampir 80% dari
jumlah total suara pemilih merupakan jerih payah perjuangan kiai sebagai tokoh
interpretif tradisi agama dan komunikator masyarakat di masing-masing
lingkungannya. Komunikasi politik kiai dengan motif kekecewaan pada bupati
terdahulu baik kebijakan yang dihasilkan maupun penyalah gunaan jabatan dan
kemashlahatan masayarakat Jember, dan pemilihan MZA Djalal dikarenakan pribadi
yang masih tetap konsisten dengan tradisi masyarakat Jember.