Institusion
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Author
DEWI RUSMALAWATI NUR, NIM. 11510019
Subject
Filsafat Agama
Datestamp
2016-02-05 02:46:54
Abstract :
Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari
delapan puluh lima persen penduduknya memeluk agama Islam. seperti yang
sudah sering dibahas dalam setiap pengantar buku sejarah Islam Indonesia, Islam
mulai masuk dan berkembang di pulau Jawa pada abad ke-15 bersamaan dengan
runtuhnya kerajaan Majapahit. Awal masuknya Islam ke pulau Jawa disambut
dengan baik oleh masyarakat Jawa. Mengingat cara orang-orang Islam dalam
menyebarkan ajarannya cenderung tidak menghilangkan adat-adat Jawa saat itu,
seperti melalui wayang, melalui pupuh Jawa dan sebagainya. Alhasil, agama
Islam dapat diterima dengan mudah oleh orang-orang Jawa, termasuk yang
menganut kepercayaan-kepercayaan sebelumnya seperti kepercayaan pada
animism-dinamisme, atau Hindu-Kejawen beralih kepada kepercayaan Islam. hal
ini terjadi dalam waktu yang singkat dan tanpa perlawanan. Sehingga Islam
mendapat banyak pengitkut.
Setelah proses Islamisasi berkembang, kepercayaan masyarakat Jawapun
terbagi-bagi. Ada yang menganut kepercayaan agama Islam Jawa (Kejawen) yang
merupakan hasil sinkretis dengan menyatukan unsur-unsur pra Hindu, Budha, dan
Islam. dan kepercayaan Islam puritan (santri) yang mengikuti ajaran Islam dengan
taat, yang mengikuti syari’at dan meyakini akan adanya Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah. Sebetulnya, selain pembagian tersebut, ada banyak lagi
varian penamaan kepercayaan bagi masyarakat Jawa. Dari varian keercayaan
tersebut, secara tidak langsung terjadi proses akulturasi, dan sistem akulturasi ini
mengalami perkembangan pesat saat kekuasaan Mataram, ketika pemerintahan
Sultan Agung sebagai raja terkuat di masanya. Hal tersebut tercermin dalam salah
satu mahakarya Sultan Agung yaitu Serat Sastra Gendhing, yang banyak
menggambarkan konteks kepercayaan masyarakat Jawa saat itu.
Penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Kebatinan Jawa dalam Serat Sastra
Gendhing†ini, meruapakan penelitian pustaka dengan metode deskriptif-analisis.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dalam Serat Sastra Gendhing,
sebagai karya Sultan Agung, dalam isi atau pupuh-pupuh serat tersebut menurut
hemat penulis, serat tersebut sangat sarat dengan unsur-unsur kebatinan. Dan
menurut hemat penulis, dalam serat tersebut, terdapat empat unsur pokok
keatinan. Empat bidang kebatinan tersebut adalah okultisme, metafisisme,
metafisika dan moralitas. Keempat unsur ini, merupakan tema-tema yang
dibicarakan Sultan Agung secara implisit dalam Setat Sastra Gendhing. Setiap
pupuh dalam Setat Sastra Gendhing hampir seluruhnya berisi bait-bait yang
membicarakan emapat tema ini. Sultan Agung, sebagai raja yang agung-binatara,
nampaknya sengaja menjadikan kebatinan sebagai salah satu tema utama (major
theme) dalam Serat Sastra Gendhing.