DETAIL DOCUMENT
RESPON KH. DAUD ISMAIL TERHADAP ISU-ISU LOKAL BUGIS DALAM TAFSIR AL-MUNIR
Total View This Week0
Institusion
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Author
Ahmad Ramzy Amiruddin, NIM.: 19205032058
Subject
Ilmu Alqur’an dan Tafsir  
Datestamp
2022-11-22 02:54:10 
Abstract :
Salah satu keungggulan tafsir lokal dibanding tafsir Arab ialah kehadirannya tidak sebatas menjawab problem bahasa bagi mereka yang tidak paham akan bahasa Arab, tetapi juga menjadi respon terhadap budaya lokal masyarakat setempat. Di antara berbagai tafsir lokal yang ada, salah satunya yaitu tafsir Bugis yang ditulis oleh KH. Daud Ismail dengan judul Tafsir al-Munir. Pada historiografi tafsir Bugis, KH. Daud Ismail dikenal sebagai penafsir pertama yang menghadirkan tafsir lengkap 30 juz dalam bahasa Bugis. Selain penggunaan aksara lontara dan bahasa Bugis-Soppeng sebagai media komunikasinya, dalam Tafsir al-Munir ternyata juga ditemukan adanya respon KH. Daud Ismail terhadap isu-isu lokal Bugis, sehingga dialektika antara agama dan budaya dapat dilihat melalui tersebut. Dengan kehadiran Tafsir al-Munir, dialektika tersebut menarik untuk dilihat melalui respon yang dilakukannya terhadap budaya lokal masyarakat Bugis. Sebab, semakin mempertegas kehadiran produk tafsir sebagai bentuk relasi antara teks dengan realitas. Ada beberapa alasan dipilihnya Tafs?r al-Mun?r sebagai objek kajian. Pertama, bahwasanya ia merupakan tafsir Bugis pertama yang lengkap 30 juz, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan kajian dibanding dengan tafsir Bugis yang masih parsial. Kedua, kitab Tafsir al-Munir memiliki nuansa kultural yang lebih kental dibanding tafsir Bugis yang lain. Ketiga, posisi KH. Daud Ismail sebagai ulama yang sedikit-banyaknya berinteraksi dengan masyarakat Bugis. Oleh karenanya, mengetahui isu-isu lokal Bugis apa saja yang direspon oleh KH. Daud Ismail yang terdapat dalam Tafs?r al-Mun?r, serta melihat bagaimana KH. Daud Ismail merespon isu-isu lokal tersebut, khususnya yang bersinggungan dengan agama dan budaya lokal Bugis menjadi poin penting dilakukannya penelitian ini. Untuk menjawab problematika di atas, maka penulis menggunakan kerangka teori (1) dialektika agama dan budaya; dan (2) vernakularisasi Al-Qur?an dengan metode penelitian deskriptif-analitik yang bersifat kepustakaan (Library research) dengan menjadikan Tafsir al-Munir sebagai sumber primer dan penelitian terkait sebagai sumber sekundernya. Adapun langkah metodis yang diterapkan, yaitu: (1) mencari penafsiran KH. Daud Ismail yang bersinggungan dengan budaya lokal Bugis (2) menghimpun segala penafsiran tersebut lalu menganalisisnya. (3) menyimpulkan hasil temuan. Berdasarkan hasil temuan yang ada, riset ini menyimpulkan bahwa: (1) KH. Daud Ismail melakukan respon terhadap budaya lokal Bugis yang dapat dibagi ke dalam tiga macam dimensi. Pertama, dimensi aqidah/kepercayaan dengan merespon segala macam bentuk kepercayaan masyarakat Bugis. Kedua, dimensi syari?at/hukum dengan merespon tradisi yang berkaitan dengan hukum Islam. Ketiga, dimensi sosial-kemasyarakatan dengan merespon adat-istiadat dalam ruang lingkup sosial. (2) Respon yang diberikan oleh KH. Daud Ismail terhadap budaya lokal Bugis tersebut terbagi atas tiga macam pola. Pertama, pola resistensi dengan menolak segala macam bentuk tradisi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kedua, pola afirmasi dengan menerima tradisi tersebut karena tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ketiga, pola modifikasi dengan mempertahankan aspek yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengubah aspek yang dianggap bertentangan agar tradisi tersebut dapat diterima pemberlakuannya. 
Institution Info

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga