Abstract :
Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi. Saat ini semua mata pelajaran menuntut agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode active learning yang dalam proses pembelajarannya diusahakan agar siswa berpartisipasi semaksimal mungkin didalam ruang belajar. Untuk melengkapi hal tersebut langkah-langkah pembelajaran dengan metode rotation trio exchange sangat cocok untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan hasil pengembangan pembelajaran matematika active learning dengan setting rotation trio exchange. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan di SMP ITABA Gedangan. Subjek dalam penelitian ini adalah 24 siswa kelas VIIb SMP ITABA Gedangan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah perangkat pembelajaran yaitu RPP, buku siswa, dan LKS.Proses pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Thiagarajan 4D (define, design, development dan disseminate) yang dimodifikasi sampai tahap development.Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil kevalidan RPP sebesar 4,10 kevalidan buku siswa sebesar 4,07 dan kevalidan LKS sebesar 4,07 yang berarti perangkat tersebut telah valid dan layak digunakan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah dinilai praktis oleh para ahli, dengan rata-rata penilaian B. Perangkat pembelajaran yang digunakan juga memenuhi kriteria keefektifan yang meliputi: aktivitas siswa tujuh puluh koma satu persen, sintaks pembelajaran sembilan puluh dua persen terlaksana dengan nilai sebesar 3,38 respon siswa lebih dari tujuh puluh persen siswa merespon dalam kategori positif, dan hasil belajar siswa efektif, karena telah memenuhi kriteria ketuntasan individual dan klasikal, yaitu tujuh uluh lima persen siswa tuntas dalam pembelajaran.