Abstract :
Abstrak
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, ada sebagian kewenangan dalam hal pelaksanaan program keluarga
berencana yang sudah diserahkan kepada daerah. Namun demikian masih ada
kewenangan yang tetap dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi sebagai instansi
vertikal.
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini yakni bagaimanakah peran BKKBN
Provinsi Lampung dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana dan adakah
hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi Lampung dalam pelaksanaan
Program Keluarga Berencana.
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis-empiris. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Pengumpulan data
dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.Setelah data terkumpul,
selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, klasifikasi data, dan penyusunan data.
Analisis yang digunakan adalah analisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peran BKKBN Provinsi Lampung
dalam pelaksanaan Program KB antara lain terkait pembelian alat kontrasepsi
yang masih menggunakan dana APBN dan pembelian sarana-prasarana yang
masih menggunakan DAK dari BKKBN Provinsi Lampung untuk keperluan
Pelaksanaan Program KB. Hambatan yang dialami oleh BKKBN Provinsi
Lampung dalam pelaksanaan Program KB antara lain APBD yang terbatas
sehingga pemenuhan alat kontrasepsi masih menggunakan dana APBN dari
BKKBN Provinsi Lampung, sarana operasional pelaksanaan Program KB masih
menggunakan DAK BKKBN Provinsi Lampung, kurangnya tenaga petugas
penyuluhan dan petugas lapangan, pembinaan terhadap kader maupun terhadap
akseptor yang sudah mulai berkurang, kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap bahaya pemakaian alat kontrasepsi berupa Suntikan dan Pil secara
jangka panjang terhadap hormon dan organ tubuh perempuan.
Abstract
Since the Law number 32 in 2004 about the regional government had been
prevailed, there are some parts of family planning conducts endorsed to regional
government. However, there are also some of authorities conducted by the Family
Planning Coordination Board (or BKKBN) of province government as a vertical
institution.
The problem statement in this research is how do the roles of the Family Planning
Coordination Board (BKKBN) in Lampung province in conducting the Family
Planning program, and what are obstacles faced by BKKBN of Lampung province
in conducting the Family Planning program.
This research uses a jurisdiction and empirical approaches. It uses primary and
secondary data that are collected from literary study and study in the field. The
collected data are processed with data selection, classification, and presentation.
Data are analyzed descriptively.
The results show that the role of BKKBN of Lampung province in conducting the
Family Planning program is purchasing contraception tools using fund from state
income and expenditure budget (APBN), and purchasing structure and
infrastructure for conducting the family Planning program using special allocation
fund (DAK) from BKKBN of Lampung province. The obstacles are limited fund
from regional income and expenditure (APBD) in fulfilling the contraception tool
necessity so that the Family Planning program still depends on APBN’s fund of
BKKBN of Lampung province, the operational structure of Family Planning still
uses the special allocation fund (DAK) of BKKBN of Lampung province, less
extension and field officer sources, less extension to the cadres and birth control
acceptors, less public understanding to the use of contraception methods for long
term uses such as injection and pill to the hormone and organ of the body.