DETAIL DOCUMENT
Potensi Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Terhadap Bakteri Bacillus subtilis, Salmonella typhi, DAN Stapylococcus aureus
Total View This Week1
Institusion
Universitas Negeri Medan
Author
Fitri, Wardiatul
Subject
LB Theory and practice of education 
Datestamp
2019-07-17 03:37:17 
Abstract :
ABSTRAK Infeksi bakteri merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Banyak mikroorganisme patogen yang ditemukan menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik. Oleh karena itu dibutuhkan antibiotik baru yang dapat menyerang mikroorganisme patogen tersebut. Adanya fenomena tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu obat-obatan baru untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya melalui pengkajian terhadap senyawa-senyawa yang berasal dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang berfungsi sebagai antibakteri adalah buah andaliman. Andaliman mengandung beberapa senyawa flavonoid, terpen, alkaloid, pyranoguinoline alkaloid, quaternary isoquinoline alkaloid, aporphyrine alkaloid, dan beberapa jenis ligan, yang berperan sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri dari senyawa yang ada pada ekstrak etil asetat andaliman terhadap bakteri patogen dan mengetahui senyawa metabolit sekunder yang ada pada ekstrak etil asetat andaliman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi untuk proses ekstraksi dan metode difusi cakram untuk uji antibakteri. Untuk uji antibakteri digunakan beberapa variasi konsentrasi dari ekstrak etil aetat andaliman yaitu : 12,5 25, 50, dan 75%. Pada pengujian metabolit sekunder ekstrak etil asetat andaliman positif mengandung flavonoid, saponin, dan Alkaloid, sedangkan pada uji antibakteri diameter zona hambat untuk bakteri Bacillus subtillis dengan konsentrasi 12,5, 25, 50, dan 75% berturut-turut adalah 7,2 mm, 8,5 mm, 11,6 mm, dan 12,45 mm. Pada DMSO 5,55 mm, sedangkan pada kloramfenikol adalah 16,95 mm. Pada bakteri Salmonella typhi dengan konsentrasi 12,5, 25, 50, dan 75 % berturut-turut adalah 10,1 mm, 12,2 mm, 13,9 mm, dan 15,1 mm. Pada DMSO 5,8 mm, sedangkan pada kloramfenikol 36,15 mm. Pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 12,5, 25, 50, dan 75 % berturut-turut adalah 7,15 mm, 12,35 mm, 16,65 mm, dan 17,45 mm. Pada DMSO 5,3 mm, sedangkan pada kloramfenikol 20,3 mm. 
Institution Info

Universitas Negeri Medan