Abstract :
Pada tahun 1994-an penggunaan interpreter bahasa isyarat di Televisi
mengundang banyak respon negatif dikarenakan interpreter membingungkan
khalayak tuna rungu dalam membahasakan informasi yang disampaikan, sehingga
penggunaan interpreter bahasa isyarat ?timbul tenggelam?. TVRI dalam program
Indonesia Malam sampai saat ini masih aktif dalam memfasilisitasi audiens
dengan penggunaan interpreter bahasa isyarat. Selain itu, selama masa Pemilihan
Presiden dan Pilkada, KPU memfasilitasi penggunaan Interpterer selama debat
calon. ?Hak Setiap warga negara untuk memperoleh informasi?, hal ini tercermin
dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2002. Penggunaan interpreter bahasa Isyarat
juga tertera pada pasal 39 ayat 3 yang berisikan ?Bahasa isyarat dapat digunakan
dalam mata acara tertentu untuk khalayak tunarungu?. Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melihat efektivitas komunikasi melalui tayangan interpreter bahasa
isyarat di Televisi.
Penelitian ini berupaya untuk melihat sejauh mana efektivitas komunikasi Melalui
Tayangan Interpreter Bahasa Isyarat di Media Televisi pada anggota Gerakan
Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Solo berdasarkan EPIC
Model. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei
merupakan suatu upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang telah
dianggap mewakili jumlah populasi tertentu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif untuk mengetahui keadaan mengenai apa dan bagaimana, berapa,
sejauh mana dari variabel yang diteliti. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan cara penyebaran kuesioner.
Hasil perhitungan data EPIC Model menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi
melalui tayangan interpreter bahasa isyarat di televisi cukup efektif. Tayangan
interpreter bahasa isyarat di Televisi bisa menjadi alat informasi bagi tuna rungu
dengan pertimbangan-pertimbangan yang sudah diteliti selama penelitian ini
dilihat dari kriteria yang digunakan efektivitas komunikasi.