Abstract :
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah
administrasi di provinsi Jawa Timur, yang berada di ujung barat daya dari
provinsi Jawa Timur. Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Pacitan, salah satu
adalah potensi geologis berupa gunung kapur/karst dan memiliki gua-gua dengan
keindahan stalaktit-stalagmit, sehingga kabupaten Pacitan dikenal sebagai ?Kota
Seribu Goa?. Selain kekayaan alam yang dimiliki kabupaten ini, anugerah yang
dimiliki adalah sumber daya manusianya yakni putra Pacitan Susilo Bambang
Yudhoyono dimana pada tahun 2004 berhasil terpilih sebagai Presiden RI ke-6
dan dilanjutkan pada periode 2009-2014. Atas kebanggaan putra daerah yang
terpilih menjadi Presiden RI ke-6, Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan
melakukan perencanaan pembangunan museum yang didalamnya berisi
perjalanan hidup presiden RI ke-6 Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari
masa kecil, pejalanan karir hingga masa pemerintahan sebagai presiden RI,
sehingga dapat menjadi salah satu alternatif obyek wisata sekaligus sebagai sarana
pembelajaran dan pengetahuan khususnya bagi masyarakat Pacitan dan
masyarakat Indonesia pada umumnya untuk dapat mengenal lebih jauh profil
hidup presiden ke-6 dan potensi keanekaragaman sumber daya alam di wilayah
Kabupaten Pacitan. Perencanaan museum ini berlokasi di selatan Kabupaten
Pacitan, tepatnya berada di kawasan pantai Teleng Ria-Pacer Door yang
berdasarkan Peraturan Bupati Pacitan No.45 tahun 2014 kawasan ini akan menjadi
kawasan perencanaan wisata dengan ikon utama Pantai Teleng Ria Pacitan.
Konsep perencanaan dan perancangan museum ini dilakukan dengan pendekatan
arsitektur neo vernakular yang memamfaatkan potensi lokal baik bersifat fisik
(struktur dan konstruksi) dan abstrak (unsur budaya, pola pikir, tata cara,
kosmologi, kepercayaan) kedalam era modern saat ini tanpa menghilangkan nilainilai
budaya lingkungan sekitar. Museum ini menerapkan perencanaan ruang
komunikatif yang dapat menampilkan makna dan bahasa baik secara alur cerita
perjalanan hidup dan karir SBY melalui elemen arsitektur yang membentuk ruang
luar dan ruang dalam dengan memperhatikan karakteristik sensor panca indera
manusia, sehingga ruang museum dan manusia yang berkunjung dapat saling ber-Dialog.