Abstract :
Latarbelakang :Hasil dari Riskesdast ahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 37%.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan seperti kekurangan gizi yang bersifat kronis akan
menyebabkan pertumbuhan linear anak terganggu. Dampak dari Stunting selain dari
perkembangan IQ,sector kognitif dan motoric namun juga pada perkembangan emosional.
Gangguan hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan salah
satu masalah emosi pada anak.Faktor penyebab ADHD salah satunya adalah riwayat BBLR dan
premature, stunting diduga menjadi salah satu penyebab dari ADHD.
Tujuan :Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stunting dengan
gangguan hiperaktif pada anak usia 36-59 bulan di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta
tahun 2016.
Metode :Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yang diteliti
sebanyak185responden teknikp engambilan probability proportional to size (PPS).Variabel yang
diteliti meliputi stunting dengan gangguan hiperaktif
Hasil : Dari hasil uji statistic analisis regresi logistik menunjukan hubungan yang tidak signifikan
antara stunting dengan gangguan hiperaktif (p = 0,565) sedangkan riwayat BBLR mempunyai
hubungan signifikan terhadap gangguan hiperaktif (p = 0,035) OR 3,212 pengaruh riwayat
BBLR 3,212 kali lebih besar terhadap gangguan hiperaktif.
Kesimpulan : terdapat hubungan antara riwayat BBLR dengan gangguan hiperaktif.