Abstract :
Kabupaten Bandung Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
dengan potensi gerakan tanah yang tinggi, sehingga sangat rentan terhadap kejadian
tanah longsor. Hal ini dipicu oleh kondisi topografi yang beragam dan
memungkinkan kejadian ini akan terus terjadi di masa depan. Salah satu metode
yang sering digunakan dalam pemetaan kerentanan tanah longsor adalah frequency
ratio. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah rentan tanah longsor
berdasarkan data kejadian longsor di masa lalu yang pada gilirannya dapat dijadikan
parameter untuk mitigasi bencana longsor. Metode ini diaplikasikan menggunakan
aplikasi GIS dengan data-data sekunder seperti DEM, peta tutupan lahan, data curah
hujan, peta geologi, dan peta klasifikasi tanah. Data tersebut merepresentasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi tanah longsor yaitu kemiringan lereng, elevasi,
arah kemiringan lereng, tutupan lahan, curah hujan, jenis tanah, jarak sesar, dan
batuan geologi. Faktor-faktor tersebut ditumpangtindihkan menjadi peta raster (20
m) dan menghasilkan nilai frequency ratio. Nilai tersebut diklasifikasikan menjadi
5 zona kerentanan longsor yaitu tidak rentan, sedikit rentan, cukup rentan, rentan,
dan sangat rentan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7 faktor pengkondisi
tanah longsor yang mempengaruhi kerentanan tanah longsor. Hasil uji akurasi ini
menghasilkan peta kerentanan tanah longsor dengan nilai akurasi sebesar 79,7%
sehingga dapat diterapkan dalam upaya mitigasi tanah longsor.
Kata kunci: frequency ratio, GIS, kerentanan tanah longsor, mitigasi