Abstract :
Batu bara kian menipis karena semakin hari semakin banyak
penggunaan batu bara untuk berbagai kebutuhan. Energi alternatif dapat
dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai untuk daerah
pedesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah biomassa seprti
bonggol jagung, tempurung kelapa, kulit singkong, kulit salak, kulit buah
siwalan, sekam padi, serbuk gergaji kayu jati, ampas tebu, kulit coklat. Briket
ialah bahan ataupun material yang dapat terbakar dengan mudah, yang mana
briket awalnya berawal dari serbuk dan melakukan perubahan bentuk menjadi
lebih besar atau dapat di katakan melalui tahapan pengepresan juga
pemadapatan pada serbuk tadi sehingga mempunyai bentuk yang lebih besar.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis melakukan penelitian mengenai nilai
kalor, kadar air, dan laju pembakaran pada briket ampas tebu dan tempurung
kelapa dengan perekat tepung tapioka. Variasi yang diberikan ialah pada
komposisi bahan briket. Komposisi bahan briket yang dilakukan adalah 40 :
40 : 20, 40 : 30 : 30, 35 : 25 : 25 ( Tempurung Kelapa : Ampas Tebu : Perekat
Tapioka ). Komposisi yang mendapat nilai kalor tertinggi adalah 40 : 35 : 25
sebesar 6,203 kal/gr, dan nilai kalor terendah adalah 40 : 30 : 30 sebesar 5,192
kal/gr. Komposisi yang mendapat kadar air paling tinggi adalah 40 : 35 : 25
sebesar 12,4725%, dan komposisi yang mendapat kadar air paling rendah
adalah 40 : 30 : 30 sebesar 8,375%. Dan komposisi yang mendapat laju
pembakaran tertinggi adalah 40 : 40 : 30 sebesar 0,057 gr/menit, sedangkan
komposisi yang mendapatkan laju pembakaran terendah adalah 40 : 30 : 30
sebesar 0,043 gr/menit.
Kata Kunci : Briket, Tempurung Kelapa, Ampas Tebu, Nilai Kalor, Kadar
Air, Laju Pembakaran