Abstract :
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mengetahui rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) secara klasikal dengan penggunaan model pembelajaran double loop problem solving, mengetahui rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik dengan model pembelajaran double loop problem solving lebih baik daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan model pembelajaran konvensional, serta mengetahui peningkatan kedisiplinan peserta didik kelas eksperimen. Permasalahan penelitian ini adalah banyaknya peserta didik yang belum berhasil dalam proses pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, model pembelajaran yang kurang bervariasi, kemampuan berpikir kreatif peserta didik rendah, dan kedisiplinan peserta didik kurang.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, tes, dan observasi. Sebelum diberi perlakuan pembelajaran, pada kedua kelompok terlebih dahulu dilakukan analisis data awal. Analisis data awal yang digunakan adalah uji normalitas dengan menggunakan Chi-Kuadrat, dan uji homogenitas dengan menggunakan uji-F. Analisis data akhir yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji ketuntasan rata-rata hasil belajar dengan menggunakan uji-t, uji ketuntasan belajar klasikal statistik z, dan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji-t.
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan analisis data akhir, bahwa secara klasikal ketuntasan belajar kelompok eksperimen mencapai 87,5%. Dan dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung: 0,3381 ?t_tabel:0,0630 sehingga Ho ditolak, artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis materi bangun ruang sisi datar peserta didik pada pembelajaran double loop problem solving lebih dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada pembelajaran konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran double loop problem solving efektif. Dari penelitian ini diharapkan model pembelajaran double loop problem solving dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran, pengelolaan kelas harus lebih diperhatikan pada saat pelaksanaan model pembelajaran double loop problem solving, terlebih pada saat berdiskusi agar tidak menimbulkan kegaduhan.