Institusion
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Author
Chatrine Aprilia Hendraswari*,
ChatrineYuliasti Eka Purnamaningrum,
Tri Maryani,
Subject
RG Gynecology and obstetrics
Datestamp
2020-06-15 08:52:12
Abstract :
Latar Belakang : Stunting menurut Kemenkes adalah balita dengan nilai z-
scorenya <-2SD dan <-3SD. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi prevalensi
stunting balita usia 0-59 bulan provinsi DIY tahun 2017 sebesar 19,8%. Data
Kemenkes RI dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Kabupaten Kulon Progo di
urutan ke-43 Lokus 100 Kabupaten/Kota utama untuk intervensi stunting sebesar
20,30%. Hasil studi pendahuluan menunjukkan prevalensi stunting tertinggi di
Kulon Progo sebesar 22,6% adalah Puskesmas Temon II.
Tujuan Penelitian : Mengetahui determinan anak stunting usia 24 - 59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Temon II Kabupaten Kulon Progo.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan
desain case control. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018-Mei
2019. Sampel adalah balita usia 24-59 bulan yang memenuhi kriteria inklusi
berjumlah 60 balita. Metode pengambilan sampling menggunakan proporsional
sampling. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik.
Hasil Penelitian : Analisis uji statistik menunjukkan yang berhubungan dengan
anak stunting adalah asupan energi (p-value = 0,017; OR = 6,00). Penelitian ini
yang menjadi faktor risiko adalah faktor asupan protein (p-value = 0,605; OR =
3,22), asupan energi, menderita diare (p-value = 1,00; OR = 1,38) , menderita ISPA
(p-value = 0,210; OR = 2,78). Bukan faktor risiko adalah status imunisasi (p-value
= 1,00; OR = 1,00), jamban (p-value = 1,00; OR = 1,00). Faktor protektif adalah
akses air bersih (p-value = 0,159; OR = 0,375) dan riwayat pemberian ASI
Eksklusif (p-value = 0,588; OR = 0,64).
Kesimpulan : Faktor yang paling mempengaruhi anak stunting usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Temon II adalah asupan energi.