DETAIL DOCUMENT
PENENTUAN KODE TENTATIVE UNDERLYING CAUSE OF DEATH BERDASARKAN RULE 1 DAN 2 DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Total View This Week0
Institusion
Universitas Duta Bangsa
Author
YULIADI, NAUFAL ARIFIN
Subject
R Medicine (General) 
Datestamp
2023-10-21 02:49:35 
Abstract :
ABSTRAK NAUFAL ARIFIN YULIADI Penentuan Kode Tentative Underlying Cause of Death berdasarkan rule 1 dan rule 2 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Tentative Underlying Cause of Death (TUCoD) adalah kode yang terpilih sebagai hasil setiap langkah pada proses, apabila menerapkan instuksi langkah setiap langkah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terdapat ketepatan penulisan urutan kejadian sebab dasar kematian pada sertifikat kematian sebesar 100%, penulisan tepat keakuratan kode sebab dasar kematian pada sertifikat kematian sebesar 70% (7 dokumen) dan ketidakakuratan sebesar 30% dan penggunaan kode Tentative Underlying Cause of Death (TUCoD) diperoleh penentuan kode berdasarkan rule GP sebesar 70% (7 dokumen), rule 1 sebesar 20% (2 dokumen), rule 2 sebesar 10% (1 dokumen). Hal ini bertujuan untuk mengetahui penentuan kode tentative underlying cause of death berdasarkan rule 1 dan rule 2 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional data, sumber data yang diperoleh dari data primer yaitu hasil terhadap dokumen rekam medis pasien dan hasil wawancara dengan kepala rekam medis dan petugas pengkodean menggunakan instrumen penelitian pedoman observasi, pedoman wawancara, check-list, tabel MMDS. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 82 sampel dari total populasi 444 sertifikat kematian umum menggunakan rumus Slovin. Sumber data yang diambil berupa sumber primer yaitu hasil wawancara dan observasi dan sumber sekunder diambil dari SPO pengkodean indeks kematian. Pengolahan data yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data, pemeriksaan data, Klasifikasi dan penyusunan data yang dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Diketahui hasil prosedur mortalitas yang dilaksanakan menggunakan ICD-10 akan tetapi berdasarkan SPO pengisian sebab kematian tidak melibatkan MMDS dalam prosedur pengisian sebab kematian, hasil keakuratan penulisan runtutan kejadian sebesar 85% dan ketidakakuratan sebesar 15% hal ini dikarenakan pencatantan yang dilaksanakan oleh dokter penanggungjawab pasien, penetapan kode tentative underlying cause of death yang mana berdasarkan rule 1 sebesar 24% dengan masing-masing rule 1 yaitu Rule 1.1 sebesar 45% dan rule 1.2 sebesar 55%, rule 2 sebesar 7% dan rule GP sebesar 69%. Penulis menyimpulkan bahwa prosedur pengkodean mortalitas menggunakan ICD-10 tetapi tidak melibatkan MMDS, sebesar 85% penulisan runtutan kejadian akurat, sedangkan sebesar 15% tidak akurat, penetapan rule 1 sebesar 26% masing-masing sebesar rule 1 yaitu rule 1.1 sebesar 43% dan rule 1.2 sebesar 57% rule 2 sebesar 6% dan rule GP sebesar 68% menyarankan untuk segera dilaksanakan revisi terhadap SPO sebab kematian dengan melibatkan MMDS pada prosedur pengkodean kematian, Sebaiknya petugas pengkodean lebih teliti dalam mengkode diagnosis penyebab dasar kematian sehingga tidak terjadi diagnosis tanpa adanya kode diagnosis serta meningkatkan koordinasi antara petugas rekam medis, dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kelengkapan rekam medis. 
Institution Info

Universitas Duta Bangsa