Abstract :
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam atau Febrile Convulsion ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan salah satu gangguan syaraf
terbanyak yang sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2014).
Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di
Amerika Serikat dan Eropa sekitar 2-5% anak akan mengalami kejang demam.
Dalam 25 tahun terakhir terjadinya kejang demam lebih sering terjadi pada saat
anak berusia ± 2 tahun (17-23 bulan). Di Indonesia, dilaporkan angka kejadian
kejang demam sebanyak 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun
pada tahun 2012-2013. Di propinsi Jawa Tengah mencapai 2-3% dari anak yang
berusia 6 bulan sampai 5 tahun pada tahun 2012-2013 (Depkes Jateng, 2013,
dalam Wibisono, Wahyuningsih, dan Rufaida, 2014).
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat; misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis,
furunkulosis, dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik (Ngastiyah, 2014).