Abstract :
Latar Belakang: Kasus berkemih tersering pada kaum pria karena faktor
degeneratif adalah Benigh Prostatic Hyperplasia (BPH). Dimana kasus BPH
sering terjadi pada pria usia di atas 50 tahun. Di Indonesia tahun 2005 kejadian BPH sebesar 12 setiap 100.000 orang. Penanganan BPH seperti terapi bedah prostat (prostatectomy) sering kali dijumpai. Terdapat 2 macam metode bedah prostatektomi yaitu metode Trans Uretral Reseksi Prostat (TURP) dan Trans Vesika Prostatectomy (TVP). Adapun masalah yang sering timbul setelah bedah prostat yaitu penurunan kualitas tidur.
Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan kualitas tidur antara pasien
Prostatektomi Trans Uretral Reseksi Prostat dengan Trans Vesika Prostatectomy.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling. Total sampel berjumlah 26 responden.
Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner PSQI. Analisis data
menggunakan Man Withney.
Hasil penelitian: menunjukan bahwa mayoritas responden bedah TVP
mengalami kualitas tidur berkategori gangguan sedang (50%). Sedangkan pada bedah TURP mengalami kualitas tidur berkategori gangguan ringan (42,3%).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kualitas tidur antara pasien prostatektomi Trans Uretral Reseksi Prostat dengan Trans Vesika Prostatectomy di rumah sakit wilayah kabupaten Banyumas. (p value = 0,00), (p value <0,05).