DETAIL DOCUMENT
MODEL SOSIALISASI NILAI DAN NORMA DALAM KELUARGA DI KALANGAN SISWA BERPRESTASI SMA NEGERI 3 JOMBANG JAWA TIMUR
Total View This Week14
Institusion
Universitas Muhammadiyah Malang
Author
ERVIASTY, TRI RAHAYU
Subject
HM Sociology 
Datestamp
2016-05-02 02:05:52 
Abstract :
Anak adalah generasi penerus bangsa pada masa yang akan datang, maka dari itu anak harus dididik dan dipersiapkan matang-matang baik itu dalam hal pendidikan informal maupun secara formal. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diberikan kepada anak mulai mereka belum bersekolah, pendidikan ini oleh keluarga dapat diberikan melalui sosialisasi dalam keluarga, dengan cara menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat positif. Dalam pendidikan informal ini peran orang tua terutama seorang ibu sangat diharapkan sekali yaitu sebagai role model. Karena pada usia anak-anak, mereka tidak hanya mendengar saja tetapi apa yang mereka lihat dan mereka dengar adalah sebagai contoh baginya. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang sudah ditanamkan semenjak kecil ini dalam pendidikan informal sebagai pondasi yang akan dilanjutkan oleh anak-anak sampai mereka dewasa yang tetap dalam bimbingan dan pantauan dari orang tua. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di luar rumah yang merupakan pendidikan kelanjutan dari pendidikan informal. Untuk itulah tujuan penelitian ini adalah mengetahui model sosialisasi siswa berpretasi, untuk mendiskripsikannya model sosialisasi di dalam keluarga sehingga anak menjadi berpretasi. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa sosialisasi dalam keluarga sangat penting sekali bagi kelanjutan hidup anak-anaknya mereka kelak. Sosialisasi keluarga merupakan dasar bagi perilaku anak. Dengan demikian orang tua harus menjalin kedekatan dengan anak-anak mereka sejak kecil, sehingga dalam memberikan model sosialisasi bisa disesuaikan dengan masing-masing karakter anak-anaknya. Peneliti menemukan beberapa masalah-masalah baru yang ada di lapangan, yakni selama ini model sosialisasi otoriter menurut para ahli kurang baik diberikan kepada anak, karena model ini akan mendidik anak menjadi keras kepala dan terpasung kebebasnya. Namun berbeda dengan model sosialisasi otoriter yang diberikan oleh responden yang dalam menberikannya kepada anak-anak mereka diberikan hanya pada tahap persiapan saja dan tetap disesuaikan dengan karakter masing-masing anaknya. Kemudian pada tahap berikutnya yaitu pada tahap meniru orang tua memberikan model egaliter dengan alasan pada tahap peniruan ini anak sudah mulai mengerti apa yang diharapkan orang tua sehingga anak agak diberikan kebebasan. Sedangkan dalam tahap siap bertindak dan tahap menerima norma kolektif orang tua memberikan model sosialisasi demokrasi karena anak sudah terbentuk karakternya sehingga anak harus diberikan kebebasan tetapi tidak bersifat mutlak. Peran orang tua masih tetap tinggi sehingga anak tidak kebablasan dalam bertindak. 
Institution Info

Universitas Muhammadiyah Malang