Abstract :
Penelitian ini membahas tentang Strategi Kelangsungan Hidup dan dilakukan di dua daerah yaitu Kabupaten Pati dan Kota Surakarta dengan judul: “STRATEGI KELANGSUNGAN HIDUP PEKERJA SENI TRADISIONAL KETHOPRAK†(Studi Kasus Kabupaten Pati dan Kota Surakarta) bertujuan 1) mengidentifikasi karakteristik para pekerja seni tradisional kethoprak di Kabupaten Pati dan Kota Surakarta, 2) mengidentifikasi faktor yang menyebabkan pekerja seni kethoprak di Kabupaten Pati dan Kota Surakarta mempertahankan profesinya seba gai seniman kethoprak, 3) mengidentifikasi strategi kelangsungan hidup pekerja seni tradisional kethoprak di
Kabupaten Pati dan Kota Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
analisis tabel frekwensi dan analisis SWOT untuk mengetahui prospek kethoprak di dua daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu hasil pengisian kuisioner oleh responden dan data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari instansi-instasi terkait dengan penelitian ini dan telaah pustaka.
Responden dalam penelitian ini adalah anggota kelompok kethoprak di daerah penelitian, yang diambil secara sensus yaitu sebanyak 79 responden, 36 untuk Kota Surakarta dan
43 untuk Kabupaten Pati. Kabupaten Pati terdapat beberapa kelompok kethoprak, Kethoprak Markonyik Cs dipilih karena manajemen produksinya telah memiliki standar baku pertujukan, sedang Kota Surakarta dipilih Kerabat Kerja Seniman Muda Balekambang karena profesi pemain kethoprak merupakan pekerjaan pokok atau profesi utama.
Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi karakteristik pekerja seni tradisional kethoprak di masing-masing daerah penelitian adalah sebagai berikut: tingkat pendidikan
baik Kabupaten Pati maupun Kota Surakarta sebagian besar adalah SD, yaitu sebesar 51 % untuk Kabupaten Pati dan 50 % untuk Kota Surakarta. Rata-rata umur pekerja seni
tradisional kethoprak baik Kabupaten Pati maupun Kota Surakarta adalah usia produktif. Baik Kabupaten Pati maupun Kota Surakarta status perkawinannya adalah berstatus
kawin. Untuk kota asal pekerja seni kethoprak pada daerah Pati paling banyak adalah dari daerah Pati sendiri yaitu 77%, sedangkan kota Surakarta juga dari daerah Surakarta
sendiri yaitu 52% yang lain berasal dari Tulungangung, Klaten, Rembang serta dari Blora dan Wonogiri. Jumlah tanggungan keluarga masing-masing daerah penelitian adalah 64% mempunyai tanggungan keluarga 3-4 orang untuk Kabupaten Pati dan 42% mempunyai tanggungan keluarga 1-2 di Kota Surakarta. Untuk pendapatan pekerja seni kethoprak di
Kabupaten Pati ada 34 responden yang pendapatannya di atas UMR 2006 sedang 9 responden di bawah UMR. Untuk Kota Surakarta dari 36 responden pendapatannya di bawah UMR.
Strategi yang dilakukan para pekerja seni tradisional kethoprak Kabupaten Pati dari 43 responden adalah pola konsumsi/distribusi pengeluaran yaitu, sedangkan Kota
Surakarta strategi paling dominan adalah pemanfaatan sumber daya rumah tangga yaitu sebanyak 27 responden.
Dari analisis SWOT didapatkan bahwa kethoprak Kabupaten Pati mempunyai peluang adat kebiasaan masyarakat yang suka nanggap kethoprak sehabis panen akan menambah pendapatan, ancamannya adalah tidak persaingan yang tidak sehat dengan
kelompok lain akan melemahkan kethoprak sendiri. Kethoprak di Kota Surakarta pelungnya adalah dengan slogan Solo senagai kota budaya maka kethoprak akan menjadi
aset tersendiri untuk menarik wisatawan. Ancamannya karena letak gedung pertunjukkan yang tidak strategis akan berpengaruh pada penonton.