Abstract :
Rumah ibadah merupakan objek arsitektur yang memiliki pemaknaan tersendiri
sebagai tempat yang sakral untuk melakukan ritual keagaman bagi umatnya.
Bagaimana pengguna suatu rumah ibadah mampu memperoleh persepsi dan
kesan terhadap tempat yang ia dikunjungi sehingga perilaku sakral di dalamnya
terjadi, merupakan suatu konsep fenomenologi yang dihadirkan pada rumah
ibadah. Penelitian ini akan mengulik bagaimana elemen arsitektur tertentu dalam
konteks fenomenologi arsitektur mampu mendukung maupun memberi pengaruh
terhadap perilaku sakral penggunanya dengan menggunakan teori fenomenologi
(Pallasma), sakral-profan (Mircea Eliade), dan ruang sakral (Douglas R. Hoffman).
Objek penelitian yang akan digunakan untuk mengeksplorasi fenomena tersebut
adalah Masjid Istiqlal karena masjid tersebut tidak hanya megah namun juga
memiliki nuansa sakral yang cukup kuat. Melalui metode kualitatif, pengambilan
data yang dilakukan dapat melalui peninjauan lapangan, studi pustaka,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini berupaya mencari tahu hal-hal apa
saja yang menjadi pertimbangan arsitek dalam merancang rejuvenasi masjid ini
dan bagaimana cara arsitek menyampaikan kesakralan melalui implementasi
desain pada masjid yang dirancang. Dengan demikian kesakralan pada Masjid
Istiqlal dapat diidentifikasi dari fenomena ruang yang muncul dalam upaya
memberikan pengaruh maupun dukungan terhadap perilaku sakral pengguna
yang memakmurkannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid Istiqlal
dalam desainnya menerapkan elemen ruang sakral yang mendukung terciptanya
nuansa sakral yang kuat pada sebuah masjid. Hal ini juga memberi pengaruh yang
signifikan terhadap pengguna dalam berperilaku sakral maupun dalam proses
beribadah. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara
elemen ruang sakral pada masjid terhadap perilaku sakral pengguna di dalanya.