Abstract :
Lapisan ?X? Lapangan ?Y? terletak di Kota Prabumulih dan merupakan
wilayah kerja Pertamina EP Region Sumatera. Setelah berproduksi sejak Juli 1995,
lapisan ?X? lapangan ?Y? mengalami penurunan tekanan reservoir dan
mengakibatkan penurunan produksi minyak. Pada Oktober 2001 mulai
dilaksanakan proyek waterflooding, dari pelaksanaan waterflooding menunjukkan
adanya kenaikan produksi dari sebelumnya.
Pada lapangan ini dilakukan pengawasan kinerja waterflood (surveillance)
yang meliputi analisa konektivitas berdasarkan performance produksi, scatter plot,
hall plot, Chan?s Diagnostics, Voidage Replacement Ratio, dan Bubble Map.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Decline Curve Analysis maka
dapat diketahui harga kumulatif produksi minyak sebelum dilakukan decline
sebesar 21.909.060 STB dengan perolehan recovery factor sebesar 25,6 %. Setelah
dilakukan, harga kumulatif minyak masing-masing sumur tersebut mengalami
kenaikan menjadi 29.474.348 STB dengan recovery factor sebesar 34,5 % dengan
besar remaining reserve senilai 60.517 STB.
Berdasarkan nilai Remaining Reserve pada Lapisan ?X?, dapat dibuat
rekomendasi pemilihan pola injeksi-produksi pada Lapisan ?X? yang sebelumnya
berpola direct line, menjadi 7 pola injeksi yang terdiri dari 2 pola injeksi berjenis
inverted 5-spot, 4 pola injeksi berjenis normal 5-spot, dan 1 pola injeksi berjenis
inverted 7-spot. Rekomendasi pemilihan pola injeksi ini bertujuan untuk
meningkatkan perolehan minyak di Lapisan ?X? dengan bantuan scatter plot.
Dari perhitungan CPV didapatkan harga sebesar 0,57 yang berarti lapisan
tersebut dapat dikatakan heterogen sehingga metode prediksi kinerja waterflooding
yang cocok diterapkan pada lapisan ?X? adalah metode Dykstra-Parson.
Dari metode perkiraan kinerja waterflooding dengan menggunakan metode
Dykstra-Parson didapat harga mobilitas yang sebesar 0,90 dengan efisiensi
penyapuan areal sebesar 0,69. Kumulatif produksi pada saat breakthrough adalah
138.300,7 STB dan laju produksi saat breakthrough sebesar 230,49 BOPD dengan
waktu tembus air (breakthrough time) yang terjadi di hari ke-600 setelah diinjeksi.
Waktu breakthrough yang didapatkan cukup lama dapat memberi keuntungan
karena air injeksi akan lama untuk terproduksi dan proses pendesakan minyak oleh
air lebih optimal.