Abstract :
Ketidak mampuan seseorang melihat obyek jauh dengan jelas dapat terjadi
oleh beberapa macam sebab, antara lain karena myopia. Di Indonesia, 10% dari
66 juta anak usia sekolah menderita kelainan refraksi myopia. Sedangkan angka
pemakaian kacamata itu tidak segera ditangani, akan berdampak negative pada
perkembangan kecerdasan anak dalam proses pembelajarannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur atau tahap
pemeriksaan refraksi subjektif pada usia sekolah. Pengetahuan ini sangat
penting untuk dapat dipahami, karena melalui pemeriksaan refraksi subyektif
inilah ukuran kcamata itu ditentukan agar dapat dijadikan sebagai alat bantu
penglihatan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif melalui
pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi
dan studi pustaka. Sedangkan data primer diperoleh melalui studi survey di Optik
Idola Purwokerto.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa selama rentang waktu 1 Januari - 29
Februari 2020 jumlah penderita gangguan penglihatan yang mendapat jasa
pemeriksaan refraksi subyektif di Optik Idola Purwokerto ada 20 orang, dari
jumalh tersebut 30% penderita myopia usia sekolah. Sedangkan prosedur
pemeriksaan refraksi subyektif dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Anamnesa, inspeksi observasi, cover test, lensmetri, uji bikromatik, uji visus,
koreksi visus monokuler, koreksi visus binokuler, uji batang maddox, penetapan
status refraksi/diagnosa dan penulisan resep kacamata.
Bedasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari
pemeriksaan refraksi subyektif pada penderita myopia ini adalah untuk
mengetahui ukuran lensa yang sesuai, agar kacamata yang dibuat dengan
ukuran tersebut dapat difungsikan sebagai alat bantu penglihatan